Timika (ANTARA) - Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah menyebut nelayan di daerah ini masih tetap menggunakan alat tangkap ramah lingkungan agar ekosistem laut senantiasa aman dan terjaga dengan baik.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Mimika Anthonius Welerubun kepada ANTARA di Timika, Jumat, mengatakan nelayan masih menggunakan alat tangkap tradisional untuk mencari udang maupun kepiting.
"Sampai hari ini kami masih terus menyarankan masyarakat atau nelayan kita untuk mempertahankan budaya tangkap tradisional," katanya.
Menurut Anthonius, budaya melaut masyarakat Mimika khususnya di wilayah pesisir yakni bagi laki-laki udang mencari di laut dan perempuan menangkap kepiting di kawasan mangrove.
"Khusus hanya mama-mama yang akan pergi ke hutan mangrove untuk menangkap kepiting, ada alat tradisional yang dibuat untuk menjepit kepiting lalu dimasukkan ke dalam wadah tradisional juga," ujarnya.
Dia menjelaskan laut merupakan sumber kehidupan bagi masyarakat wilayah pesisir Kabupaten Mimika. Laut menjadi sumber mata pencarian bagi laki-laki dan perempuan untuk menopang perekonomian keluarga.
"Masyarakat pesisir sangat menjaga laut dengan kearifan lokal yang dimiliki, dengan menggunakan alat tangkap tradisional serta sama sekali tidak merusak ekosistem laut," katanya lagi.
Dia menambahkan potensi kelautan Mimika sangat kaya mulai dari ikan yang melimpah, udang, hingga kepiting menjadikan perairan ini sebagai surganya ikan.
"Ikan yang melimpah di laut Mimika yakni kerapu, bawal, lema, kakap putih dan ada beberapa jenis ikan lainnya, karena ekosistem yang terjaga dengan baik sehingga potensi perikanan dan kelautan tetap terjaga dan melimpah," ujarnya lagi.