Jayapura (ANTARA) - Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Papua bakal menggunakan teknologi pompanisasi guna mengatasi dampak musim kemarau 2025 terkait dengan sektor pertanian sehingga daerah setempat dapat menjaga produksi pangan.
Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Papua Samuel Siriwa di Jayapura, Selasa, mengatakan provinsi setempat merupakan daerah kaya akan hasil alam sehingga antisipasi terkait dengan dampak musim kemarau harus dilakukan. Musim kemarau di daerah setempat diperkirakan mulai Juli hingga September 2025.
“Mitigasi mengantisipasi masuknya musim kemarau perlu dilakukan oleh sebab itu kami bersama instansi terkait lainnya dalam hal ini PUPR dan pihak BBMKG melakukan koordinasi dan konsolidasi guna mencegah terjadinya kekeringan pada produksi pangan,” katanya.
Ia menjelaskan meskipun di Provinsi Papua tidak ada kemarau, namun antisipasi perlu dilakukan agar tidak terjadi gagal panen.
“Penggunaan teknologi pompanisasi bisa dilakukan pada semua daerah di Provinsi Papua. Oleh sebab itu, kami minta pemerintah di kabupaten/kota juga mulai melakukan pencegahan-pencegahan gagal panen sejak dini,” ujarnya.
Dia menjelaskan kebutuhan untuk tanaman padi dan lainnya belum terlalu terdampak hingga saat ini, karena di Provinsi Papua masih mengandalkan pangan lokal. Walaupun pola konsumsi masyarakat berubah dari pangan lokal ke beras, Pemprov Papua masih terus mendorong budi daya pangan lokal, terutama sagu.
Kepala Stasiun Klimatologi Papua Sulaiman mengatakan musim di Provinsi Papua sebagian besar diprediksi mengalami hujan sepanjang tahun. Hanya saja, ada beberapa daerah memasuki musim kemarau.
“Seperti sebagian di Kabupaten Jayapura, sebagian Keerom, Sarmi, sedangkan daerah lainnya curah hujan itu tipe hujan monsunal,” katanya.
Dia mengatakan musim kemarau di sejumlah daerah setempat itu ada yang sejak Mei dan diprediksikan berlangsung hingga Oktober mendatang.