Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Yudhoyono, Jumat sore, menggelar rapat terbatas untuk mengambil tindakan cepat dan tepat terkait peristiwa kematian delapan prajurit TNI AD di Papua, Kamis (21/2). Kelompok bersenjata di sana semakin nekad, mereka menyerang dua kali, termasuk atas pos pengamanan perbatasan TNI di sana, kemarin.
"Saya ingin mendengarkan laporan tentang perkembangan, apa yang telah dilakukan kita, baik pusat dan daerah serta dampak yang akan ditimbulkan," kata Yudhoyono di Kantor Presiden, Jumat.
Sekalipun telah mendengarkan laporan dari Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan, Djoko Suyanto, dan Panglima TNI, Laksamana TNI Agus Suhartono, pada Kamis malam (21/2) terkait peristiwa itu, Yudhoyono mengaku ingin mengetahui secara persis apa yang telah terjadi.
Sebelumnya, Suyanto menyebutkan, penyerangan dan penghadangan oleh kelompok bersenjata di Distrik (kecamatan) Tingginambut, Kabupaten Puncak Jaya dan Distrik Sinak, Kabupaten Puncak, Papua menyebabkan delapan anggota TNI AD setempat gugur.
"Helikopter Super Puma milik TNI AU yang diperbantukan untuk proses evakuasi ditembaki orang tak dikenal sekitar pukul 08.00 WIT. Kaca heli tembus, jari tangan kiri perwira teknik terluka. Pilot dan kopilot tak terkena tembakan," katanya.
Penembakan oleh orang tak dikenal ini mengakibatkan Letnan Satu Teknik Amang tertembak pada tangan sebelah kiri antara jari manis dan jari kelingking. Dengan begitu, evakuasi tujuh jenasah personel Komando Rayon Militer/Kodim 1714/Puncak Jaya itu belum bisa dilaksanakan.
(G003/S037/S023)