Timika (Antara Papua) - Manajemen Rumah Sakit Mitra Masyarakat (RSMM) Timika tengah dilanda krisis keuangan sehingga akan menempuh kebijakan mengevakuasi pasien ke empat rumah sakit lain di Kabupaten Mimika karena keterbatasan dana opersional.
Dana operasional dimaksud untuk pembelian obat-obatan, peralatan kesehatan dan kebutuhan operasional pasien lainnya.
Direktur RSMM Timika Bernadus Freddy Suharto kepada Antara di Timika, Kamis, mengatakan kondisi keterbatasan anggaran operasional RSMM Timika sudah terjadi semenjak Oktober 2015 hingga kini.
"Sekarang kami benar-benar mengalami kesulitan untuk mengelola rumah sakit ini karena tidak punya dana yang cukup untuk membeli obat-obatan dan peralatan kesehatan, juga operasional pasien. Kami kebingungan sekarang ini. Kalau memang kami sudah tidak bisa berdaya lagi, kami akan lakukan evakuasi pasien ke rumah sakit lain," jelas Bernadus.
Bernadus mengaku telah menggelar rapat internal manajemen RSMM Timika. Rapat pihak manajemen RSMM Timika itu memutuskan untuk menyurati Dinas Kesehatan Kabupaten Mimika dan empat rumah sakit lainnya yaitu RSUD Mimika, RS SOS Tembagapura, RS Kasih Herlina, dan RS Chandra Medika untuk dapat menerima rujukan evakuasi pasien RSMM.
"Kami melakukan evakuasi pasien bukan karena kami tidak mau melayani masyarakat, tapi semata-mata mereka mendapat pelayanan yang lebih baik. Seandainya ada komplain dari masyarakat, kami sudah melakukan yang terbaik yang kami bisa. Kami tidak mau pasien di sini terlayani, terus meninggal karena kami tidak bisa mengobati dengan baik. Lebih baik kami jujur bahwa obat tidak ada," tutur Bernadus.
Menurut dia, persoalan keterbatasan anggaran operasional RSMM Timika sudah sering kali dibicarakan dengan berbagai pemangku kepentingan.
Untuk diketahui, RSMM Timika merupakan rumah sakit milik Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK) selaku lembaga yang mengelola dana kemitraan dari PT Freeport Indonesia untuk pengembangan masyarakat Suku Amungme dan Kamoro serta lima suku kekerabatan lainnya di Kabupaten Mimika.
Pengelolaan RSMM Timika dipercayakan kepada Yayasan Caritas Timika Papua (YCTP) di bawah naungan Keuskupan Timika.
"Selama ini kami sudah menempuh berbagai cara untuk membicarakan masalah ini, tapi selalu mentok," kata Bernadus.
Bernadus berharap agar semua pemangku kepentingan dapat mencari solusi terbaik untuk mengatasi persoalan di RSMM Timika mengingat keberadaan rumah sakit yang sudah beroperasi selama 16 tahun itu semata-mata untuk melayani masyarakat tujuh suku di Kabupaten Mimika.
"Seharusnya kita kembali ke komitmen awal bahwa rumah sakit ini ada untuk masyarakat," jelasnya.
Bernadus mengatakan saat ini pasien rawat jalan di RSMM Timika sebanyak 300-500 orang per hari, sedangkan pasien rawat inap mencapai 132 orang dari 134 tempat tidur yang tersedia. Sebagian besar pasien rawat inap terutama pasien asal tujuh suku masuk ruang perawatan kelas III, dimana masyarakat tidak dipungut biaya sepeserpun alias gratis.
"Pasien rawat inap di RSMM jumlahnya lebih banyak dari tempat tidur yang tersedia. Bisa dibayangkan bagaimana sulitnya kami mengatur pasien yang membludak itu. Apakah layak kalau mereka ditaruh di lorong, apakah layak kalau mereka tidak dapat obat, terus kami biarkan," tanya Bernadus.
Selama lebih dari setahun menjabat Direktur RSMM, Bernadus mengaku sudah berupaya maksimal memperbaiki mutu pelayanan di rumah sakit tersebut agar lebih baik. Kini RSMM Timika dilengkapi dengan tenaga dokter spesialis penyakit dalam, spesialis obgyn, spesialis bedah, spesialis mata, spesialis anastesi dan spesialis radiologi yang merupakan satu-satunya di Mimika.
Terkait permasalahan di RSMM tersebut, pihak karyawan menyatakan tidak akan melakukan aksi mogok sebagaimana yang pernah terjadi beberapa tahun lalu.
"Saya sudah sampaikan ke seluruh karyawan, kita tidak usah berdemo. Kami tidak akan melakukan itu. Rumah sakit tidak boleh berdemo, tidak boleh menutup pelayanan, tetapi dengan terpaksa kami akan mengevakuasi pasien," ujar Bernadus.
Ia menambahkan, dana untuk pengadaan obat-obatan, peralatan medis dan operasional pasien seperti kebutuhan makan dan minum tidak akan bertahan sampai dua-tiga bulan ke depan. (*)
Berita Terkait
BI: Pentingnya inovasi dalam pengembangan sumber ekonomi baru Papua
Minggu, 19 Mei 2024 17:17
Dishub Papua Tengah: Landasan Bandara Nabire ditambah 900 meter
Minggu, 19 Mei 2024 17:15
Pemkab Biak Numfor salurkan pemanfaatan dana Otsus Papua Rp15 miliar
Minggu, 19 Mei 2024 17:11
Festival Cenderawasih 2024 upaya dorong sumber pertumbuhan ekonomi
Minggu, 19 Mei 2024 17:10
Koops TNI Habema: Masyarakat Homeyo telah kembali dari pengungsian
Minggu, 19 Mei 2024 11:27
DKP Papua tingkatkan pemberdayaan ekonomi nelayan OAP di Biak Numfor
Minggu, 19 Mei 2024 7:44
28 atlet NPCI Jayapura ikuti seleksi renang menuju Peparnas XVII
Sabtu, 18 Mei 2024 23:55
Dispar harap Festival Budaya Biak jadi daya tarik wisatawan
Sabtu, 18 Mei 2024 23:53