Jika tak ada hambatan, pemerintah dan masyarakat Kabupaten Asmat, Provinsi Papua, kembali menggelar hajatan `Pesta Budaya Asmat` pada 6-11 Oktober mendatang.
Penyelenggaraan Pesta Budaya Asmat tahun 2016 merupakan yang ke-31, semenjak ajang tersebut pertama kali dilangsungkan pada 1979 atas prakarsa dan inisiatif dari Mgr Alphonsus Augustinus Sowada OSC, Uskup Keuskupan Agats Asmat pertama.
Sejak saat itu Pesta Budaya Asmat rutin digelar hampir setiap tahun. Tercatat pernah tiga kali ajang Pesta Budaya Asmat tidak digelar, termasuk pada 2015 lantaran bertepatan dengan momentum politik pemilihan Bupati-Wakil Bupati Asmat.
Mengingat inisitor atau pemrakarsa penyelenggaraan Pesta Budaya Asmat datang dari pihak gereja lokal, maka dalam perjalanan waktu hingga kini jajaran Keuskupan Agats Asmat terus memainkan peran utama dalam kegiatan tersebut.
Keterlibatan pihak lain terutama Pemerintah Kabupaten Asmat baru mulai terasa sejak era tahun 2000-an, setelah Asmat secara resmi terbentuk sebagai kabupaten otonomi baru, terpisah dari Kabupaten Merauke.
Dukungan dan keterlibatan Pemkab Asmat lebih pada dukungan personel maupun dana dalam hal pengumpulan dan seleksi hasil ukiran dari masyarakat Asmat yang tersebar pada 23 distrik (kecamatan).
Tidak itu saja, semua Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan Pemkab Asmat juga diberikan dukungan dana Rp50 juta untuk dapat membeli hasil karya cipta masyarakat Asmat.
Uskup Agats Asmat Mgr Aloysius Murwito OFM sungguh menyadari pentingnya merawat dan melestarikan ajang Pesta Budaya Asmat yang telah digagas oleh pendahulunya itu.
"Kalau tidak ada halangan, kami berusaha agar kegiatan ini bisa terselenggara setiap tahun karena sangat penting sekali sebagai suatu pengakuan sekaligus penghargaan terhadap budaya Asmat. Budaya Asmat dalam arti hasil karya cipta seni dalam bentuk ukiran Asmat, seni tari, seni lagu dan lainnya yang diungkapkan dan dituangkan serta disuguhkan kepada semua yang hadir. Itu semua berkaitan erat sekali dengan identitas masyarakat Suku Asmat," kata Uskup Alo kepada Antara di Timika, Senin (29/8).
Uskup Alo mengatakan tahun ini terdapat sekitar 200 ukiran yang akan dipresentasikan dalam ajang Pesta Budaya Asmat 2016.
Ratusan ukiran itu merupakan ukiran terbaik dari setiap distrik yang akan diikutkan dalam kompetisi pemilihan ukiran terbaik serta dilelang pada puncak Pesta Budaya Asmat 2016.
"Bulan-bulan sekarang dilakukan seleksi di tingkat distrik. Hampir semua distrik ada seniman ukirnya. Maka bisa dibayangkan, sebenarnya ada ribuan ukiran yang ikut dalam kompetisi ini. Dari beberapa titik itu banyak sekali hasil ukirannya. Para pengukir semuanya berusaha menampilkan yang terbaik agar hasil karya mereka bisa masuk nominasi pada saat pesta budaya," tutur Uskup Alo.
Ukiran Asmat yang terpilih menjadi juara satu hingga juara harapan satu setiap tahun akan dimasukkan dalam museum Asmat untuk didokumentasikan dan diabadikan.
Pelestarian budaya
Selain melakukan seleksi hasil ukiran Asmat, ajang Pesta Budaya Asmat juga menjadi sarana pagelaran seni tari, seni lagu, lomba dayung dan lainnya yang melibatkan masyarakat Suku Asmat dari berbagai pelosok negeri itu.
"Pesta Budaya Asmat jelas merupakan wadah penghargaan, pengakuan dan pelestarian budaya Asmat. Kalau tidak ada hajatan seperti ini, bisa jadi budaya Asmat lama kelamaan bisa menjadi punah. Padahal karya cipta seni yang sangat mengagumkan yang dipunyai oleh orang Asmat merupakan karunia dari Tuhan yang harus dirawat dan dilestarikan. Banyak orang Asmat yang mendapatkan karunia atau talenta berupa bakat-bakat mengukir yang sangat mengesankan karena tanpa sketsa tapi bisa menuangkan kemahiran mereka secara luar biasa," tutur Uskup Alo.
Karya seni berupa ukiran Asmat berdasarkan cerita-cerita dan mitos-mitos yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat Asmat. Selain itu sebagian berdasar pada pandangan hidup masyarakat dan pergumulan mereka dengan alam sehari-hari.
"Bapak Uskup lama (Mgr Alphonsus Augustinus Sowada OSC) awalnya cukup khawatir suatu ketika ukiran Asmat bisa musnah karena sering dimengerti sebagai ungkapan animisme oleh sebagian orang. Memang benar bahwa ukiran sangat terkait erat dengan kepercayaan orang Asmat yaitu kehadiran arwah para leluhur. Tetapi nilai seninya juga ada, jadi mengapa harus dihilangkan. Karena itu Keuskupan Agats Asmat mengambil kebijakan untuk menggelar pesta budaya yang dilakukan setahun sekali dan membangun museum," jelas Mgr Alo.
Penyelenggaraan Pesta Budaya Asmat 2016 juga dimeriahkan dengan peresmian museum baru. Pembangunan museum baru (belum rampung seluruhnya) sejak beberapa tahun lalu atas inisiatif Keuskupan Agats Asmat lantaran museum lama sudah penuh dengan benda-benda ukir dan lainnya. Pembangunan museum baru tersebut telah menghabiskan dana sekitar Rp7 miliar dari yang direncanakan sekitar Rp20 miliar.
Direncanakan Duta Besar Vatikan untuk Indonesia Mgr Antonio Guido Filipazzi akan hadir dalam acara tersebut.
"Kami juga mengundang Direktur Museum di Vatican untuk hadir dan rekan-rekan pemerhati seni lainnya, belum lagi para pejabat penting dari jajaran pemerintah juga akan hadir," ujar Mgr Alo.
Uskup Alo mengatakan budaya Asmat terutama hasil ukiran Asmat sudah sedemikian dikenal tidak saja dalam negeri tetapi hingga ke manca negara.
Ukiran Asmat, katanya, memiliki galeri di beberapa tempat di luar negeri seperti di Monchengladbach dan Berlin di Jerman, Minnesota Amerika Serikat.
"Sekarang ukiran Asmat sudah ditampung di Sint Thomas University Minnesota. Asmat memang sudah sangat dikenal karena seni ukirnya. Sejak dekade 1950-an Asmat sudah dieksplore. Salah satu yang menggali kebudayaan Asmat yaitu Michael Rockefeller selaku kolektor ukiran yang sangat terkenal di Amerika Serikat," jelas Uskup Alo.
Dibandingkan dengan ukiran dulu dengan sekarang, Uskup Alo menilai perbedaannya tidak terlalu signifikan.
"Sampai sekarang sebetulnya tidak terlalu banyak berubah. Kalau melihat karya-karya ukir sekarang mungkin lebih bagus terutama kualitas kayu maupun seni ukirnya," tutur Uskup Alo.
Dukung gereja
Sementara itu Bupati Asmat Elisa Kambu menegaskan jajarannya mendukung penuh inisiatif Gereja Katolik Keuskupan Agats Asmat dalam mengangkat budaya setempat melalui penyelenggaraan Pesta Budaya Asmat.
"Kita tetap memberi tempat yang layak kepada pihak gereja karena gerejalah yang meletakkan dasar peradaban Papua, jauh sebelum pemerintah masuk. Selama ini kerja sama antara Pemkab Asmat dengan gereja berjalan sangat baik," kata Bupati Kambu.
Wakil Bupati Asmat Thomas E Safanpo menambahkan bahwa Pemkab Asmat terus menggalang promosi kegiatan Pesta Budaya Asmat melalui berbagai media baik cetak, elektronik maupun online.
Melalui promosi yang gencar tersebut diharapkan animo pengunjung maupun wisatawan baik dari dalam maupun luar negeri semakin meningkat.
"Promosi terus kami lakukan sebagai bagian dari upaya meningkatkan kunjungan wisatawan ke Kabupaten Asmat terutama wisata budaya," katanya.
Ajang Pesta Budaya Asmat 2016, katanya, menjadi salah satu target pemerintah dan masyarakat setempat untuk mendapatkan income sebanyak-banyaknya.
"Bagi masyarakat perajin, pengukir dan lainnya diharapkan hasil kreativitas mereka berupa ukiran, kerajinan tangan dan lainnya terserap oleh pasar. Ajang ini juga sekaligus wahana penciptaan lapangan kerja bagi masyarakat," ujar Thomas.
Dalam kegiatan Pesta Budaya Asmat nanti, ada sejumlah kegiatan yang akan ditampilkan, di antaranya manuver perahu, demonstrasi mengukir, pembukaan museum baru serta lelang ukiran Asmat.
Kegiatan tersebut dipusatkan di Lapangan Yos Sudarso, Agats, ibu kota Kabupaten Asmat. (*)
Berita Terkait
Waka: Polda Papua kerahkan brimob membantu amankan Lanny Jaya
Kamis, 12 Desember 2024 22:10
Kabid Humas Polda: Anggota Polres Lanny Jaya dievakuasi ke RS Bhayangkara
Kamis, 12 Desember 2024 21:12
Pj Gubernur tetapkan UMP Papua Tengah menjadi Rp 4.285.848 pada 2025
Kamis, 12 Desember 2024 20:45
Balai BPOM Jayapura siap awasi ikan kaleng sebagai menu MBG
Kamis, 12 Desember 2024 20:44
BPBD Jayapura ingatkan warga waspada cuaca ekstrem jelang Natal 2024
Kamis, 12 Desember 2024 20:11
Dukcapil Jayapura meraih predikat tertinggi dalam layanan publik
Kamis, 12 Desember 2024 20:08
Ombudsman Papua beri penghargaan kepatuhan pelayanan publik pemerintah
Kamis, 12 Desember 2024 20:08
Disdikbud Biak sediakan pelayanan laporan kekerasan anak "Sagu Papeda"
Kamis, 12 Desember 2024 19:42