Kadinkes: ARV satu-satunya obat yang direkomendasikan untuk pengidap HIV/AIDS
Jangan beralih ke pengobatan lainnya dan tetap mengonsumsi ARV
Jayapura (ANTARA) - Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Provinsi Papua dr Alosius Giay mengatakan obat ARV (anti retra virus) hingga kini masih menjadi satu-satunya obat yang direkomendasikan Organisasi Kesehatan Dunia WHO untuk pengidap HIV/AIDS.
Karena itu pihaknya berharap agar mereka yang masuk dalam orang dengan HIV/AIDS (ODHA) tetap mengonsumsi ARV.
“Jangan beralih ke pengobatan lainnya dan tetap mengonsumsi ARV,” kata Giay dalam keterangan persnya di Jayapura, Kamis.
Ia mengatakan bila saat mengkonsumsi obat tersebut (ARV) mengalami gejala dan efek samping diharapkan melakukan konsultasi dan bukan berhenti apalagi menggantikannya dengan obat alternatif lainnya karena belum terbukti.
ARV mampu menurunkan jumlah virus dengan menekan tumbuh kembang biak virus di dalam tubuh manusia, kata Giay seraya menambahkan, ARV dapat mengurangi resiko penularan HIV, menghambat perburukan infeksi oportunistik, meningkatkan jumlah virus dalam darah hingga tidak terdeteksi dan meningkatkan kualitas hidup.
Dari laporan bulanan data layanan medis penderita HIV/AIDS di Papua hingga Maret 2019 jumlah orang dengan HIV/ AIDS (ODHA) yang masuk perawatan mencapai 33.955 orang, jumlah ODHA yang pernah mengonsumsi ARV 21.788 orang, dan yang rutin mengkonsumsi ARV hanya 6.534 orang.
"Sedangkan yang loss to follow up tercatat 7.597 orang, meninggal 2.956 orang dan yang berhenti 168 orang," kata Giay.
Mantan Direktur RSUD Abepura dan RSUD Jayapura itu mengatakan Dinas Kesehatan Papua akan memperluas jaringan layanan ARV hingga ke puskesmas dan mendorong keterlibatan kader kesehatan dalam pendampingan ODHA serta memperkuat petugas kesehatan dalam konseling kepatuhan minum ARV.
Dinkes Papua juga berupaya agar di 2030 mendatang, Papua tereliminasi HIV/AIDS.
Jumpa pers yang difasilitasi Dinas Kesehatan Papua dihadiri Kepala Dinas Kesehatan Papua dr.Alosius Giay, Ketua IDI Kota Jayapura dr. Samuel Basso, KPAD Papua dr.Anthon Motte, Kabid Penindakan BPOM Papua Buyung dan Robert Sihombing perwakilan LSM serta kepala Balai AIDS, TB dan Malaria Dinkes Papua dr.Berry Watori.
Karena itu pihaknya berharap agar mereka yang masuk dalam orang dengan HIV/AIDS (ODHA) tetap mengonsumsi ARV.
“Jangan beralih ke pengobatan lainnya dan tetap mengonsumsi ARV,” kata Giay dalam keterangan persnya di Jayapura, Kamis.
Ia mengatakan bila saat mengkonsumsi obat tersebut (ARV) mengalami gejala dan efek samping diharapkan melakukan konsultasi dan bukan berhenti apalagi menggantikannya dengan obat alternatif lainnya karena belum terbukti.
ARV mampu menurunkan jumlah virus dengan menekan tumbuh kembang biak virus di dalam tubuh manusia, kata Giay seraya menambahkan, ARV dapat mengurangi resiko penularan HIV, menghambat perburukan infeksi oportunistik, meningkatkan jumlah virus dalam darah hingga tidak terdeteksi dan meningkatkan kualitas hidup.
Dari laporan bulanan data layanan medis penderita HIV/AIDS di Papua hingga Maret 2019 jumlah orang dengan HIV/ AIDS (ODHA) yang masuk perawatan mencapai 33.955 orang, jumlah ODHA yang pernah mengonsumsi ARV 21.788 orang, dan yang rutin mengkonsumsi ARV hanya 6.534 orang.
"Sedangkan yang loss to follow up tercatat 7.597 orang, meninggal 2.956 orang dan yang berhenti 168 orang," kata Giay.
Mantan Direktur RSUD Abepura dan RSUD Jayapura itu mengatakan Dinas Kesehatan Papua akan memperluas jaringan layanan ARV hingga ke puskesmas dan mendorong keterlibatan kader kesehatan dalam pendampingan ODHA serta memperkuat petugas kesehatan dalam konseling kepatuhan minum ARV.
Dinkes Papua juga berupaya agar di 2030 mendatang, Papua tereliminasi HIV/AIDS.
Jumpa pers yang difasilitasi Dinas Kesehatan Papua dihadiri Kepala Dinas Kesehatan Papua dr.Alosius Giay, Ketua IDI Kota Jayapura dr. Samuel Basso, KPAD Papua dr.Anthon Motte, Kabid Penindakan BPOM Papua Buyung dan Robert Sihombing perwakilan LSM serta kepala Balai AIDS, TB dan Malaria Dinkes Papua dr.Berry Watori.