Jakarta (ANTARA) - Budi Karya Sumadi setelah dipanggil Presiden Joko Widodo ke Istana Kepresidenan, Jakarta, mengatakan bahwa dirinya kembali diminta melanjutkan tugas sebagai Menteri Perhubungan (Menhub).
“Jadi, saya ditugaskan untuk melanjutkan tugas saya sebagai Menteri Perhubungan,” kata pria asal Palembang itu di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa sore.
Budi Karya Sumadi dipanggil masuk ke Istana tidak lama setelah sejawatnya Yasonna Laoly masuk ke area Kantor Presiden.
Budi yang datang mengenakan kemeja putih itu mengatakan bahwa Presiden memberikan amanah kepadanya kembali.
Ia menyampaikan terima kasih atas amanah untuk membuat Indonesia lebih baik dan hebat.
Menurut dia, banyak sekali tugas dilakukan, tugas yang selalu disampaikan Presiden bahwa Indonesia dengan pulau-pulau yang banyak harus dipastikan terjadi satu konektivitas yang baik.
"Secara khusus bagaimana mendukung pariwisata dan mendukung bagaimana logistik bertambah baik,” katanya.
Alumnus UGM Yogyakarta itu mengaku bersedia kembali mengemban amanah yang sama itu karena merasa sudah menjadi tugasnya untuk menjadikan Indonesia lebih baik.
“Sangat challenging kalau kita lihat Indonesia begitu banyak potensinya, Rajaampat, Labuan Bajo, Toba saya pikir sebagai anak bangsa wajib mendukung apa yang menjadi visi dan misi Presiden,” katanya.
Tugas secara khusus yang disampaikan Presiden sejak satu tahun terakhir ini, kata Budi, adalah mendukung konektivitas setelah ditetapkan lima Bali Baru sebagai destinasi superprioritas.
Untuk itu, perlu dibangun bandara, pelabuhan, dan aksesibilitas pendukungnya.
“Kalau konektivitas terjadi di Toba, Mandalika, Labuan Bajo, dan Yogyakarta, turis akan meningkat pesat juga konektivifas logistik sudah dirancang akan teruskan itu,” katanya.
Secara khusus disampaikan dalam pembicaraan dengan Presiden Jokowi adalah koordinasi untuk menjadikan pariwisata dan logistik ke depan lebih baik.
“Kita harapkan kerja sama pariwisata dan perhubungan ditingkatkan sehingga menjadi program dan ter-deliver program-program itu,” katanya.
Sejumlah hal yang dibahas pada kesempatan pertemuannya dengan Presiden, di antaranya soal kereta cepat dan tol laut.
“Dibahas tetapi tidak detail,” kata lulusan jurusan arsitektur Universitas Gajah Mada tahun 1981 itu.