Jayapura (ANTARA) - Sosialisasi Rumah Peradaban Situs Megalitik Tutari di Kampung Doyo Lama, Disrik Waibu, Kabupaten Jayapura, Papua juga diwarnai dengan berbagai lomba, di antaranya gambar Garuda Pancasila dan peta NKRI.
Kepala Balai Arkeologi Papua Gusti Made Sudarmika di Jayapura, Rabu mengungkapkan bahwa salah satu tujuan utama dari kegiatan tersebut adalah bagaimana menggerakkan para generasi muda, cinta terhadap tanah air dan khususnya terhadap budaya Papua.
"Iya, lomba menggambar burung garuda Pancasila dan peta NKRI itu dalam rangka untuk menumbuhkembangkan rasa cinta terhadap tanah air dan NKRI kepada generasi milenial," katanya.
Pancasila dan NKRI, kata Gusti merupakan pilar-pilar utama dalam negara Indonesia, sehingga hal itu perlu terus digaungkan kepada para generasi milenial dengan harapan tumbuh jiwa patriotisme dan rasa nasionalisme.
"Jika ini terus digaungkan, maka generasi muda kita atau generasi milenial memiliki jiwa nasionalisme, rasa memilik bangsa Indonesia," katanya.
Untuk itu, lanjut Gusti, Balai Arkeologi Papua dalam tiap kesempatan sosialisasi selalu mengedukasi atau memberikan materi tentang Pancasilan dan NKRI kepada para peserta ataupun pelajar yang menjadi tamu undangan.
"Sebagai salah satu instansi vertikal, sudah seharusnya hal ini kami gaungkan. Karena generasi muda selalu membutuhkan arahan dan masukan yang baik soal Pancasila dan NKRI," kata Gusti.
Hari Suroto, ketua panitia Rumah Peradaban Situs Megalitik Tutari mengatakan selain sosialisasi soal situs tersebut, ada juga berbagai lomba yang digelar dengan harapan para pelajar tidak bosan untuk mempelajari soal sejarah.
"Berbagai lomba yang digelar, diantaranya menggambar peta NKRI, menggambar Garuda Pancasila, menggambar motif megalitik Tutari dengan media kertas, lomba bercerita cerita rakyat Sentani, dan lomba rekonstruksi gerabah.
Selain itu ada juga permainan untuk pelajar yaitu yel-yel dan stand up comdey ala Papua. "Untuk guru pendamping, mereka mengikuti lomba swafoto dan vlog," katanya.
Rumah Peradaban di Situs Megalitik Tutari tahun 2019 merupakan tahun yang ketiga dilaksanakan oleh Balai Arkeologi Papua.
"Dimana pelajar sebagai peserta yang mengikuti kegiatan ini merupakan siswa yang belum pernah mengikuti kegiatan yang sama pada tahun sebelumnya. Nanti juga ada pelajar SMA/SMK dan mahasiswa," kata Hari.
Sementara itu, Angel Pallo, pelajar Kelas VII dari SMPN 1 Sentani yang bercita-cita jadi dokter, mengaku bangga dan senang bisa mempelajari dan mengunjungi Situs Megalitik Tutari.
"Ini pertama kali saya ke Situs Megalitik Tutari. Saya bisa belajar dan mengetahui serta mendapatkan ilmu tentang sejarah nenek moyang Tutari," katanya diamani temannya Desy Maria Dogopia.