Solo (ANTARA) -
Di tengah usaha kerasnya menghentikan penyebaran pandemi COVID-19 di Indonesia, Presiden Joko Widodo harus menghadapi cobaan lain dengan kehilangan wanita istimewa dan ahli ibadah, yaitu sang ibunda Sudjiatmi Notomiharjo.
Wanita yang akrab disapa Eyang Noto ini meninggal karena penyakit kanker yang diderita selama empat tahun terakhir. Beliau meninggal pada usia 77 tahun di Rumah Sakit Slamet Riyadi Solo pada Rabu (24/3) pukul 16.45 WIB.
Mengenai pribadi ibu empat anak tersebut, Guru Mengaji Jokowi KH Abdul Karim yang juga akrab disapa Gus Karim mengenangnya sebagai wanita istimewa yang sangat mencintai dan mendukung putera-puterinya.
"Di mata saya, eyang merupakan wanita dengan kualitas sempurna. Dari Pak Karno hingga Pak Jokowi, artinya beliau merupakan wanita istimewa ketujuh karena melahirkan seorang presiden," katanya.
Selain itu, nenek sembilan cucu ini juga tidak pernah lupa "nirakati" atau menjalani tirakat untuk keberhasilan keluarganya, terutama putera-puterinya. Gus Karim yang juga cukup dekat dengan Sudjiatmi mengatakan wanita tersebut merupakan ahli puasa, dzikir, dan tahajud.
"Bahkan selalu ramah kepada siapapun dan ini dihadiahkan kepada anak-anaknya. Masyarakat juga cukup dekat dengan beliau karena sering berinteraksi dengan masyarakat salah satunya melalui kegiatan pengajian," katanya.
Oleh karena itu, ia mengaku bangga saat tadi malam diminta langsung oleh Jokowi untuk mengimami shalat jenazah sang ibu.
"Di waktu terakhirnya saya diminta untuk 'ngimami', itu kebanggaan bagi saya," katanya.
Selalu mendukung Jokowi
Gus Karim mengaku melihat Sudjiatmi merupakan sosok ibu yang selalu mendukung Jokowi, termasuk pada bidang perpolitikan. Hal itu terlihat mulai dari terjunnya Jokowi pada Pilkada Surakarta.
"Kebetulan saya kenal beliau saat Pilkada Solo. Saat itu saya betul-betul takjub melihat dukungan lahir batin yang beliau berikan kepada Pak Jokowi," katanya.
Menurut dia, satu pesan yang diingatnya yang selalu disampaikan kepada orang-orang di sekitar adalah "nyedako Nyang Gusti" (mendekatlah kepada Allah SWT). Ia mengatakan pesan tersebut sering disampaikan bukan hanya kepada anak-anaknya tetapi juga semua orang.
Selain itu, Sudjiatmi juga meminta anak-anaknya agar selalu jujur, sabar, dan memiliki akhlak yang baik.
"Intinya beliau sangat total dalam memberikan dukungan kepada Pak Jokowi, mulai dari selalu hadir pada kampanye Pak Jokowi hingga mendoakannya," katanya.
Jasa ibunya tersebut juga selalu diperlihatkan Jokowi dengan menjadikan restu ibunya sebagai langkah pertama sebelum keluar rumah untuk melakukan kegiatan politik.
"Saya ingat saat Hari Ibu tahun lalu, Pak Jokowi mengatakan kepada ibunya 'ibu, sampai kapanpun saya akan menjadi putera terbaik ibu'. Saya kira ini luar biasa," katanya.
Namun demikian, saat ini wanita yang lahir di Dusun Gumukrejo, Desa Giriroto, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali pada 15 Februari 1943 ini telah meninggalkan putera-puteri dan seluruh kerabat yang hanya bisa mengenang kebaikan beliau.
Gus Karim meminta agar seluruh pihak dapat terus melanjutkan kebaikan-kebaikan Eyang Noto dan mengamalkan ajaran yang selalu disampaikannya selama hidup.
Sosok sederhana
Sebagian masyarakat mengenal Sudjiatmi sebagai sosok sederhana yang jauh dari kata sombong meskipun anaknya merupakan orang nomor satu di negeri ini.
Salah satu warga Siti Fatimah mengatakan Sudjiatmi seringkali menyelenggarakan kegiatan pengajian yang diikuti oleh seluruh kalangan masyarakat tanpa membedakan kelompok. Ia mengaku pernah sekali mengikuti kegiatan pengajian yang diselenggarakan oleh Sudjiatmi.
"Sebenarnya saya ingin selalu ikut, tetapi kebetulan jadwalnya selalu berbenturan dengan pekerjaan," katanya.
Ia mengatakan saat pengajian, Sudjiatmi tidak segan berinteraksi dengan para peserta. Selain aktif di bidang keagamaan, Sudjiatmi juga aktif di kegiatan sosial lain, seperti berolahraga.
"Saya sering setiap hari Sabtu melihat beliau ikut senam ketawa di Manahan. Kebetulan saya kan jalan-jalan, beliau olahraga. Itu temannya juga banyak, memang beliau itu ramah," katanya.
Ia juga mendengar berbagai kebaikan Sudjiatmi termasuk sering membagikan makanan kepada sejumlah tetangga.
"Kadang kalau masak banyak sekalian, nanti dibagi-bagikan ke tetangga-tetangga," katanya.
Wakil Wali Kota Surakarta Achmad Purnomo juga mengenang Sudjiatmi sebagai sosok yang ramah dan merakyat. Achmad mengaku sering bertemu di acara resepsi pernikahan.
"Kalau istri saya malah cukup akrab, sering pengajian bareng. Memang beliau ini (Sudjiatmi) kenalannya sangat banyak karena ramah," katanya.
Bahkan, ia mengaku cukup kaget saat mendengar kabar meninggalnya ibunda Jokowi tersebut.
"Saya bahkan tidak tahu kapan beliau masuk ke RS karena beliau kan memang tidak mau merepotkan orang-orang sekitarnya," katanya.
Kedekatan Sudjiatmi dengan banyak orang juga terlihat dari banyaknya pelayat yang ingin datang bahkan ikut hingga ke pemakaman. Salah satunya Lina Ekawati yang tadi malam terlihat setia menunggu di depan gang masuk kompleks kediaman Joko Widodo di Jalan Pleret Raya, Kecamatan Banjarsari, Surakarta.
"Saya sering ikut pengajian beliau, sebenarnya ingin masuk tetapi takut. Boleh atau tidak ya," katanya.
Ia mengaku selalu bersalaman dengan Sudjiatmi saat hadir di acara pengajian. Menurut dia, Sudjiatmi selalu menyempatkan berbincang barang sejenak dengan para peserta pengajian.
"Sering tanya kondisi kesehatan kami, juga kami asalnya dari mana," katanya.
Meski demikian, agaknya keinginan Lina untuk bisa ikut mengantar jenazah Sudjiatmi ke tempat persemayaman terakhirnya tidak terlaksana karena imbauan dari Gubernur Ganjar Pranowo kepada masyarakat agar mendoakan dari rumah masing-masing.
"Ini tadi saya baru bicara dengan keluarga, di sini saya menyampaikan terima kasih ke masyarakat. Keluarga berharap besok (hari ini) masyarakat mendoakan dari rumah masing-masing agar tidak terjadi kerumunan," kata Ganjar Pranowo.
Ia mengatakan keluarga akan sangat senang dan menghormati jika masyarakat bisa mendoakan dari rumah. "Doa dari rumah jauh sangat cukup," katanya.