Bandarlampung (ANTARA) - Merayakan Hari Kartini, yang jatuh pada Selasa ini bagi dr Sri Aryanti seperti membagi suka duka menjadi bagian dari garda terdepan melayani pasien COVID-19.
Sehari-hari, Sri Aryanti adalah Kepala Bidang Pelayanan Medik RSUD Bandar Negara Husada (RSBNH), salah satu rumah sakit rujukan COVID-19 milik Pemprov Lampung di Kotabaru, Desa Margorejo, Jati Agung, Lampung Selatan.
Sebagai pemangku kebijakan, ia yang duduk di Pokja III Bidang Pelaporan Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Provinsi Lampung, mengaku berupaya maksimal dalam mengampu pelayanan publik di tengah pandemi.
Dihubungi lewat aplikasi pesan singkat di Bandarlampung, Selasa, dokter hijabers ini menyebut virus corona merupakan ancaman serius bangsa ini.
"Saya pribadi merasa COVID-19 sangat mengancam kehidupan bangsa, dan bisa melumpuhkan negara itu sendiri. Dimana pandemi ini tidak mengenal batas wilayah, menyerang antarnegara, antar provinsi, antar kabupaten/kota, dan dari kota hingga desa," ujarnya.
Dirinya dan para tenaga medis RS senantiasa berupaya ketat melaksanakan protokol kesehatan dan taat asas.
"Saya kebetulan ada di Pokja 3, Pokja Pelaporan. Di bawah arahan Kadiskes Lampung Dr Reihana, saya membantu mencatat dan menganalisa data yang masuk dari hari ke hari untuk melihat distribusi dan sebaran COVID-19 di Provinsi Lampung," kata dia.
Konsultan via medsos
Ia pun ikut serta memberikan sumbang saran dan masukan dalam penanggulangan COVID-19 di provinsi yang 60 persen wilayahnya atau di sembilan kabupaten/kota telah terjangkit.
"Sebagai Kabid Yan Medik di RSBNH, saya memimpin dan mengoordinasikan penanganan COVID-19 di rumah sakit, bagaimana menangani rujukan kasus dari kabupaten/kota. Karena RS kami ditunjuk sebagai RS rujukan COVID, dengan SK Gubernur Lampung," ujarnya.
Sri Aryanti memaparkan keseharian tugas di sana dari memberi arahan pada tim garda terdepan penanganan COVID-19, memberi masukan bagaimana alur dan tatalaksana yang benar sesuai dengan juknis yang berlaku.
Lainnya, membantu penyiapan sarana prasarana yang dibutuhkan oleh tim penanggulangan. Lalu menyiapkan alur rujukan dan penyiapan logistik.
Kemudian mengkomunikasikan risiko terhadap pasien, soal isolasi dan tata laksana yang akan diberikan. "Saya bertanggung jawab kepada Direktur RS terkait pelayanan medik yang diberikan," ujarnya.
Sisi lain, tugas kemanusiaan ikut pula memanggil hati dan jiwa sang dokter. Bertemu jadwal setiap Kamis petang pukul 16.00-18.00 WIB, ia bersama 41 rekan dari IDI Cabang Bandarlampung aktif dalam program konsultasi gratis COVID-19, sejak 7 April 2020 lalu.
"Sebagai tenaga medis, saya anggota IDI Bandarlampung, tergabung dalam tim relawan yang dikoordinasi Ketua IDI Bandarlampung dr Aditya. Kami bantu Gugus Tugas COVID-19 memberi layanan konsultasi gratis penanganan COVID-19 sampai konsultasi penyakit lain yang dibutuhkan masyarakat Lampung," katanya menjelaskan.
Layanan yang diberikan mencakup semua unsur baik dari dokter umum maupun dokter spesialis, dengan penjadwalan. "Setiap hari kami menerima konsultasi dari masyarakat terkait keluhan diderita, juga tentang kebijakan social distancing dan physical distancing," tandas Sri.
Rata-rata sehari Sri melayani konsultasi belasan warga via pesan singkat WhatsApp. Dia mengaku terkesan. "Rata-rata 10 sampai 15 pasien. Karena jadwal saya cuma Kamis. Tapi acap kali tidak sesuai jadwal. Ya, sudah saya bantu saja. Dari sakit mata sampai anaknya sakit batuk. Ya, gak papa, dinamika. Itu yang buat kita bahagia karena berwarna," ujarnya.
Aktivis sosial
Peran sentral seorang ibu bagi semua orang, dari lingkup rumah tangga juga berusaha ia jalankan sempurna. "Sebagai ibu tentu saya tak hanya mengkhawatirkan banyak hal. Mulai keluarga saya sendiri sampai dengan masyarakat."
Dia juga ikut berpartisipasi melakukan edukasi adik-adik mahasiswa melalui aplikasi internet
"Saya sebagai narsum (narasumber), bersama kawan akademisi Unila, UBL menyosialisasikan COVID," ucap Sri.
Ia juga mengaku hadir di tengah warga meringankan beban dampak pandemi.
"Melalui organisasi Lions Club dimana saya sebagai Presiden Tapis Berseri, bersama kawan lain. Selain edukasi, kami beri bantuan makanan gratis ke pengemudi ojeg, sumbangan APD ke RS, melalui sayap organisasi bergerak di anak yatim dan dhuafa," katanya.
Jauh dari kesan pamer, Sri hanya ingin apa yang bisa ia lakukan berdampak pada warga terdampak.
"Kami ikut membantu masyarakat, meringankan beban selama social distancing dengan memberi bantuan makanan dan bahan pokok pada mereka yang kami anggap tak mampu," katanya.
Nikmati WFH
Sebagai ibu, dengan berlakunya WFH (work from home), di rumah dia mengedukasi anak akan bahaya COVID-19. "Mengajari mereka menikmati WFH tanpa bosan, memberi masukan bagaimana metode belajar yang tepat bagi anak sehingga mereka tak jenuh dan betah di rumah," ia hafal luar kepala.
Termasuk, mengajarkan anak olahraga, bernyanyi dengan karaoke bersama, beribadah. "Juga mempelajari Skype, Zoom, Jeet See, Google Classroom atau bahkan menonton film bersama. Saya berupaya membuat anak-anak betah menikmati rumah dan benar-benar disiplin WFH tanpa rasa jenuh."
Ia merasakan dampak lokal pandemi global, naiknya grafik quality time saat WFH. "Berbelanja kebutuhan sayur juga saya laksanakan dengan internet, memasak makanan untuk anak-anak dengan menu-menu baru. Ini saya manfaatkan betul supaya bisa lebih dekat dengan anak-anak," ujarnya.
Satu lagi, ia meyakini kekuatan doa. "Dan yang paling penting bagi saya, bersama berdoa, supaya COVID-19 cepat berakhir," kata Sri bermunajat.
Ujung keterangannya, "Habis gelap terbitlah terang" jadi warisan Kartini paling menginspirasi hidupnya. "Ya, karena kalimat itu saya alami langsung. Dan saya kaitkan dengan (Quran) Surat Ar-Rahman, kebaikan akan berbalas kebaikan. Jadi klop dan itu energi saya," Sri menyelipkan gambar emoticon tanda bahagia.
Di tengah pandemi, Selamat Hari Kartini 2020, ibu dokter, dan seluruh perempuan penyala Indonesia.*