Jakarta (ANTARA) - Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Prof Nizam mengatakan pelantar Kedaireka merupakan upaya dalam meningkatkan kreativitas pada perguruan tinggi dan memecahkan permasalahan-permasalahan yang ada.
“Tanpa adanya sinergi antara dunia kerja dan pendidikan tinggi maka akan terjadi tautan yang hilang atau broken link,” ujar Nizam dalam keterangannya di Jakarta, Senin.
Dia menjelaskan tanpa adanya kolaborasi yang intensif antara dunia kerja dengan dunia pendidikan tinggi, maka tidak akan terciptanya hasil maksimal jika masing-masing pihak berjalan secara individu. Hal tersebut yang mendasari lahirnya platform Kedaireka.
Platform Kedaireka merupakan platform resmi dari Kemendikbud yang akan diluncurkan melalui Ditjen Dikti pada tanggal 12 Desember 2020 mendatang. Hal itu dirasa penting agar dunia usaha dan pendidikan dapat berjalan beriringan, untuk membantu dunia industri.
“Kedaireka adalah platform untuk membangun optimisme antara dunia kerja yang memiliki berbagai masalah dan kebutuhan, dan dapat bertemu dengan dunia pendidikan tinggi yang memiliki berbagai solusi untuk masalah tersebut,” jelas dia.
Hal tersebut juga dilandaskan pada terciptanya Kampus Merdeka yang merupakan pola baru dalam sistem pembelajaran Pendidikan Tinggi di Indonesia, sehingga beberapa hal perlu disesuaikan dalam menghadapi perubahan zaman seperti kurikulum, sistem teknologi informasi dan lainnya.
Kampus Merdeka merupakan wujud pembelajaran di perguruan tinggi yang otonom dan fleksibel sehingga tercipta kultur belajar yang inovatif, tidak mengekang, dan sesuai dengan kebutuhan mahasiswa.
Perguruan tinggi juga dapat menjadi tempat percontohan untuk reka cipta atau teknologi yang telah dibuat sebelum teknologi tersebut didistribusikan secara luas. Selain itu, perguruan tinggi dapat menyediakan SDM yang berkualitas sehingga mampu meningkatkan performa industri di dalam negeri maupun secara global.
Dengan adanya hubungan keterkaitan antara kampus dengan dunia industri, maka akan ada keterikatan antara riset reka cipta di perguruan tinggi dengan industri dan kebutuhan masyarakat, sehingga dampak kebermanfaatan bagi masyarakat dapat terwujud dengan semangat gotong royong inovator, industri, pemerintah, media, dan komunitas, ujarnya.
“Kedaireka ini merupakan platform untuk membangun inovasi menjadi karya yang akan meningkatkan daya ungkit industri. Sehingga diharapkan kebutuhan di dunia industri akan terhubung dengan kompetensi-kompetensi yang dimiliki oleh pendidikan tinggi,” jelasnya.
Berkaitan dengan hal tersebut, Koordinator Tim Kerja Akselerasi Reka Cipta, Achmad Adhitya Maramis, mengatakan kehadiran Kedaireka berperan sebagai rumah bagi para peneliti, tempat melayani industri serta masyarakat, dan tempat terbentuknya startup. Selain itu, Kedaireka juga diharapkan dapat menjadi rumah sinergi pentahelix lain yang hendak turut berkontribusi memajukan bangsa.
“Selama ini program lain yang dilakukan pemerintah sudah dijalankan dengan baik, tapi harus lebih dioptimalkan dengan memiliki “rumah” yang tepat. Dengan adanya Kedaireka, semua inovator di seluruh Indonesia kini memiliki rumah untuk berkumpul memberikan solusi terbaik untuk bangsa sesuai dengan logo Kedaireka,” jelasnya.
Achmad menegaskan, Kedaireka itu harus dimanfaatkan semaksimal mungkin dan bersinergi secara pentahelix agar kehadirannya menjadi optimal. Menurutnya, Kedaireka harus menjadi gerakan yang dapat menggabungkan semua potensi bangsa, kampus, dan industri untuk menjadi solusi bagi masyarakat khsusunya di tengah pandemi.
Capaian kolaborasi itu nantinya dapat dijabarkan sesuai kebutuhan masing-masing klaster, seperti: otomatif, agrobisnis, teknologi informasi dan komunikasi, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. Kolaborasi antarpemangku kepentingan ini diharapkan dapat memberikan kebermanfaatan seluas-luasnya untuk masyarakat, serta sebagai salah satu upaya nyata dalam membantu pemulihan perekonomian nasional sebagai dampak dari pandemi COVID-19.