Mahasiswa doktoral Universitas Pertahanan (Unhan) Hasto Kristiyanto menyebutkan kerangka pemikiran geopolitik Soekarno yang berbasis pada Pancasila diimplementasikan dalam pembebasan Irian Barat.
"Pembebasan Irian Barat diperjuangkan mati-matian oleh Soekarno sebagai kepentingan nasional Indonesia. Ditegaskan oleh Beliau: 'Sekalipun meminjam tangannya setan, I do not care asal Irian Barat dapat kembali ke pangkuan Indonesia'," kata Hasto saat memaparkan disertasinya dalam Sidang Promosi Terbuka Universitas Pertahanan (Unhan) Sentul, Bogor, Jawa Barat, Senin.
Dalam disertasinya yang berjudul "Diskursus Pemikiran Geopolitik Soekarno dan Relevansinya terhadap Pertahanan Negara", Hasto juga memaparkan pengaruh lainnya dalam geopolitik Soekarno, yakni bagaimana pada saat itu, pernyataan kepentingan nasional Indonesia secara terbuka dengan keterlibatan Indonesia dalam politik global.
Selain itu, aliansi kerja sama strategis, diplomasi pertahanan dan bermuara pada peningkatan postur pertahanan Indonesia. Siklus terjadi untuk kepentingan operasi Trikora dan Dwikora.
Geopolitik Soekarno juga mewujudkan legitimasi kepemimpinan Indonesia melalui Konferensi Asia Afrika (KAA) menjadi keberhasilan pelaksanaan Deklarasi Djuanda. Dampaknya wilayah Indonesia naik 2,5 kali lipat tanpa melalui perang.
Namun, pengaruh pemikiran geopolitik Soekarno terhadap dunia, kata Hasto, antara lain dari kepeloporan di KAA dan Gerakan Non-Blok.
"Pengaruhnya di tengah perang dingin: dunia tidak lagi terbagi dua blok. Konstelasi dunia berubah menjadi multipolar, serta terjadinya perubahan struktur Dewan Keamanan PBB," ujar Sekjen DPP PDI Perjuangan ini.
Selain pengaruh di atas, geopolitik Soekarno juga menghasilkan kemerdekaan negara, seperti di Maroko, Tunisia, Aldjazair, dan Sudan, yang terjadi atas campur tangan presiden pertama RI Soekarno.
"Atas dasar peran tersebut, Presiden Soekarno mendapat gelar pendekar dan pahlawan kemerdekaan bangsa Islam," ucap Hasto.
Presiden kelima RI Prof. Dr. (H.C.) Megawati Soekarnoputri menjadi salah satu penguji disertasi Hasto Kristiyanto.
Selain Megawati, sejumlah profesor juga akan menjadi penguji, yakni Prof. Dr. Jenderal Pol. Purn. Budi Gunawan selaku penguji eksternal 1, Jenderal Pol. Purn. Prof. Muhammad Tito Karnavian, M.A., Ph.D. selaku penguji eksternal 2.
Berikutnya Prof. Dr. Komarudin sebagai penguji eksternal 3, Prof. Evi Fitriani, M.A., Ph.D. yang juga Guru Besar Hubungan Internasional Universitas Indonesia selaku penguji eksternal 4, dan Prof. Dr. S. Pantja Djati, S.E., M.Si., M.A., Guru Besar Universitas Trisakti selaku penguji eksternal 5.
Berikutnya Prof. Dr. Komarudin sebagai penguji eksternal 3, Prof. Evi Fitriani, M.A., Ph.D. yang juga Guru Besar Hubungan Internasional Universitas Indonesia selaku penguji eksternal 4, dan Prof. Dr. S. Pantja Djati, S.E., M.Si., M.A., Guru Besar Universitas Trisakti selaku penguji eksternal 5.
Sebagai penguji internal program doktoral Hasto, Prof. Banyu Perwita, M.A., Ph.D., Prof. Dr. Irdam Ahmad, dan Mayjen TNI Dr. Joni Widjayanto yang juga bertindak menjadi ketua sidang didampingi Sekretaris Sidang Dr. Herlina Saragih.
Mantan Menteri Pertahanan Prof. Ir. Purnomo Yusgiantoro, Ph.D. menjadi promotor untuk Hasto meraih gelar doktor. Rektor Universitas Pertahanan Laksdya TNI Prof. Amarulla Octavian merupakan Kopromotor 1 dan Letjen TNI Purn Dr. I Wayan Midhio M.Phil selaku Kopromotor 2.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Hasto: Pemikiran geopolitik Soekarno pengaruhi pembebasan Irian Barat