Biak (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Biak Numfor, Papua menekankan pentingnya "pembumian" nilai Pancasila diprioritaskan sejak dini pada anak sekolah di satuan pendidikan.
"Pemerintah telah menetapkan Asta Cita sebagai delapan agenda prioritas menuju Indonesia Emas 2045. Salah satu yang paling fundamental dalam Asta Cita adalah memperkokoh ideologi Pancasila, demokrasi dan hak asasi manusia," ujar Plt Sekretaris Daerah Biak Numfor ZL Mailoa pada peringatan Hari Pancasila, Senin.
Menurut dia, mengapa pengamalan nilai-nilai Pancasila diajarkan ke anak menjadi prioritas karena kemajuan tanpa arah ideologis mudah goyah serta kemajuan ekonomi tanpa pondasi nilai Pancasila bisa melahirkan ketimpangan.
"Memperkokoh ideologi Pancasila berarti menegaskan kembali pembangunan bangsa harus selalu berakar pada nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan sosial," kata Mailoa.
Ia mengaku, era globalisasi dan digitalisasi semakin kompleks, tantangan terhadap Pancasila pun semakin nyata, antara lain penyebaran paham ekstremisme, radikalisme, intoleransi, hingga disinformasi mengancam kohesi sosial.
Melalui Asta Cita, lanjut dia, untuk melakukan revitalisasi nilai-nilai Pancasila dalam segala dimensi kehidupan dari pendidikan, birokrasi, ekonomi, hingga ruang-ruang digital.
Ia berharap, Pancasila itu yang pertama ada dalam dunia pendidikan, guna menanamkan Pancasila sejak dini, bukan sekadar dalam pelajaran formal, tetapi dalam praktik keseharian.
Kedua, kata dia, di lingkungan pemerintahan dan birokrasi, nilai-nilai Pancasila harus hadir dalam bentuk pelayanan publik berkeadilan, transparan dan berpihak pada rakyat.
Mailoa berharap setiap kebijakan dan program harus mencerminkan semangat kemanusiaan dan keadilan sosial, bukan kepentingan kelompok atau golongan.
Ketiga, dalam bidang ekonomi, menurut Mailoa, perlu memastikan pembangunan tidak hanya dinikmati oleh segelintir orang, tetapi menjadi berkah bagi seluruh rakyat Indonesia.
Keempat, kata dia, dalam ruang digital harus membangun kesadaran kolektif dunia maya bukan ruang bebas, namun nilai etika toleransi dan saling menghargai tetap ditegakkan.
"Pancasila harus menjadi panduan dalam berinteraksi di media sosial. Mari kita perangi hoaks, ujaran kebencian dan provokasi, dengan literasi digital dan semangat gotong royong," ajak Sekda Mailoa.

