Timika (Antara Papua) - Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin berharap kegiatan operasional PT Freeport Indonesia di Tembagapura, Mimika, Papua, terus berlangsung sehingga dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya untuk pembangunan bangsa, khususnya pembangunan masyarakat Papua.
Hal itu ditegaskan oleh Wamenhan Sjafrie Sjamsoeddin kapada Antara di Timika, Rabu, usai melaksanakan kunjungan kerja selama dua hari di Tembagapura sejak Selasa (14/10).
"Harapan kami bahwa persoalan internal yang terjadi di Freeport bisa segera tuntas dan perusahaan ini bisa segera beroperasi kembali sehingga dapat memberikan manfaat seluas-luasnya untuk bangsa ini dan juga memberikan manfaat seluas-luasnya untuk pembangunan masyarakat di Papua," kata Sjafrie.
Menurut dia, keberadaan PT Freeport Indonesia di wilayah Tembagapura, Mimika, Papua merupakan sebuah proyek strategis jangka panjang.
Sebagai salah satu area objek vital nasional yang bersifat strategis, kata Sjafrie, keberlangsungan kegiatan pertambangan Freeport juga tidak lepas dari peran sektor pertahanan, khususnya TNI dalam rangka tugas operasi selain perang.
Menyinggung situasi dan kondisi keamanan wilayah Papua yang selama ini terus mengalami dinamika, Sjafrie mengatakan bahwa hal itu tentu menjadi perhatian serius dari jajaran TNI dan Polri yang bertugas di wilayah itu untuk dapat mengendalikannya.
Meski demikian, katanya, perkembangan situasi di Papua belum sampai pada hal-hal yang dapat menyentuh skala kedaulatan, skala keutuhan wilayah, dan skala keselamatan bangsa.
"Saya tidak melihat ada hal-hal yang dapat menyentuh skala kedaulatan bangsa. Kalaupun ada gejolak-gejolak, tentu akan diselesaikan oleh satuan-satuan operasional, bahkan di tingkat wilayah saja," ujar mantan Pangdam Jaya itu.
Ia berharap jajaran TNI di Papua terus aktif melaksanakan kegiatan pembinaan teritorial sebagai bagian dari kebijakan negara dalam menghadapi kelompok-kelompok yang masih berseberangan ideologi dengan NKRI.
"Pada zaman sekarang kita harus menjadikan parameter intelektualitas dan militansi di TNI dalam satu kesatuan pembinaan teritorial. Artinya, pendekatan yang dilakukan menggunakan soft power," ujar Wamenhan Safrie Sjamsoeddin. (*)