Jayapura (ANTARA) - PDAM Jayapura membatasi penggunaan kaporit di sejumlah bak penampungan air bersih sebagai bagian dari upaya mengurangi pencemaran.
Direktur Utama PDAM Jayapura Entis Sutisna kepada Antara di Jayapura, Jumat (12/4) mengatakan untuk tahap pertama baru dua bak penampung yang tidak lagi menggunakan kaporit dan diganti dengan sodium hypoklorit yang lebih ramah lingkungan.
"Saat ini penggunaannya baru dilakukan di bak penampungan Ajen dan Skyline akibat mahalnya mesin yang memproses sodium hypoklorit yang mencapai sekitar Rp 1,9 miliar," ujarnya
Akibatnya, PDAM Jayapura hanya menggunakan sistem sewa, kata Sutisna seraya menambahkan, belum semua PDAM di Indonesia menggunakannya.
“PDAM Jayapura hanya menyewa mesin tersebut, sehingga pelanggan akan mendapat air yang berkualitas,” kata Sutisna.
Dia mengakui kualitas air di Jayapura cukup bagus karena belum melalui pengolahan namun untuk membunuh bakteri harus menggunakan kaporit atau sodium hypoklorit.
"Dengan penggunaan sodium hypoklorit maka dapat mengurangi pencemaran," kata Entis Sutisna seraya mengakui harga sewa kedua alat itu mencapai Rp 50 juta/bulan.
Ketika ditanya tentang sumber air untuk pelanggan PDAM, Entis Sutisna mengatakan kini tercatat 13 mata air yang digunakan dan yang terbesar adalah sumber air Kojabu yang mencapai 250liter/detik.
PDAM Jayapura melayani 33.700 pelanggan, 3.700 pelanggan diantaranya berada di Kabupaten Jayapura.