PLN menetapkan empat pembangkit energi baru dan terbarukan untuk Papua
Empat pembangkit EBT ini saya kira solusi paling efektif untuk mempercepat elektrifikasi di Papua dan Papua Barat
Jakarta (ANTARA) - Perusahaan Lisrik Negara (PLN) menetapkan empat pembangkit energi baru dan terbarukan (EBT) untuk Provinsi Papua dan Papua Barat yakni pikohidro, tabung listrik (Talis), biomassa (PLTBm), serta tenaga surya.
"Empat pembangkit EBT ini saya kira solusi paling efektif untuk mempercepat elektrifikasi di Papua dan Papua Barat," kata Direktur Bisnis Regional Maluku dan Papua PLN Ahmad Rofik di Jakarta, Minggu.
Perkiraan rasio elektrifikasi akhir tahun 2019 Provinsi Papua adalah sebesar 96,79 persen dan Provinsi Papua Barat sebesar 99,99 persen, dengan tambahan desa yang dilistriki oleh PLN sebanyak 399 desa dan lampu tenaga surya hemat energi (LTSHE) sebanyak 230 desa, sehingga akhir tahun 2019 masih ada 1.123 desa gelap gulita.
Dengan berbekal data dari Ekspedisi Papua Terang, PLN pun memancangkan rencana pelistrikan untuk 1.123 desa, yang jumlahnya meningkat jauh dari rencana semula melistriki 415 desa.
“Program lanjutan dari Ekspedisi Papua Terang inilah yang bertajuk Program 1000 Renewable Energy for Papua, Mewujudkan Papua Terang 2020,” ungkap Rofik.
Ahmad Rofik menerangkan, dengan tantangan geografis, kerapatan hunian yang sangat rendah, dan infrastuktur yang terbatas, Program 1000 Renewable Energy for Papua dipandang sebagai solusi paling efektif untuk percepatan elektrifikasi.
“Optimalisasi energi lokal berbasis energi baru terbarukan juga diharapkan akan memperbaiki kinerja Bauran Energi sekaligus menurunkan Biaya Pokok Penyediaan (BPP) listrik,” jelas Ahmad Rofik.
Pembangkit Listrik Tenaga Pikohidro merupakan pembangkit skala sangat kecil yang memanfaatkan energi potensial air, untuk menghasilkan listrik berkapasitas hingga 5.000 Watt. Sedangkan Tabung Listrik merupakan alat penyimpanan energi (energy storage) layaknya power bank, yang digunakan melistriki rumah.
Sementara PLTBm adalah pembangkit listrik skala kecil yang memanfaatkan potensi energi biomassa, seperti bambu, kayu, serat kelapa sawit dan bahan organik kering lainnya.
Seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), menjadi alternatif melistriki daerah yang sulit dijangkau oleh transportasi darat. Karena itu dengan mengandalkan sumber energi matahari, maka sangat cocok untuk kawasan terpencil.
"Empat pembangkit EBT ini saya kira solusi paling efektif untuk mempercepat elektrifikasi di Papua dan Papua Barat," kata Direktur Bisnis Regional Maluku dan Papua PLN Ahmad Rofik di Jakarta, Minggu.
Perkiraan rasio elektrifikasi akhir tahun 2019 Provinsi Papua adalah sebesar 96,79 persen dan Provinsi Papua Barat sebesar 99,99 persen, dengan tambahan desa yang dilistriki oleh PLN sebanyak 399 desa dan lampu tenaga surya hemat energi (LTSHE) sebanyak 230 desa, sehingga akhir tahun 2019 masih ada 1.123 desa gelap gulita.
Dengan berbekal data dari Ekspedisi Papua Terang, PLN pun memancangkan rencana pelistrikan untuk 1.123 desa, yang jumlahnya meningkat jauh dari rencana semula melistriki 415 desa.
“Program lanjutan dari Ekspedisi Papua Terang inilah yang bertajuk Program 1000 Renewable Energy for Papua, Mewujudkan Papua Terang 2020,” ungkap Rofik.
Ahmad Rofik menerangkan, dengan tantangan geografis, kerapatan hunian yang sangat rendah, dan infrastuktur yang terbatas, Program 1000 Renewable Energy for Papua dipandang sebagai solusi paling efektif untuk percepatan elektrifikasi.
“Optimalisasi energi lokal berbasis energi baru terbarukan juga diharapkan akan memperbaiki kinerja Bauran Energi sekaligus menurunkan Biaya Pokok Penyediaan (BPP) listrik,” jelas Ahmad Rofik.
Pembangkit Listrik Tenaga Pikohidro merupakan pembangkit skala sangat kecil yang memanfaatkan energi potensial air, untuk menghasilkan listrik berkapasitas hingga 5.000 Watt. Sedangkan Tabung Listrik merupakan alat penyimpanan energi (energy storage) layaknya power bank, yang digunakan melistriki rumah.
Sementara PLTBm adalah pembangkit listrik skala kecil yang memanfaatkan potensi energi biomassa, seperti bambu, kayu, serat kelapa sawit dan bahan organik kering lainnya.
Seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), menjadi alternatif melistriki daerah yang sulit dijangkau oleh transportasi darat. Karena itu dengan mengandalkan sumber energi matahari, maka sangat cocok untuk kawasan terpencil.