Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Kogabwilhan) III meminta agar kasus penembakan di Kabupaten Intan Jaya, Papua beberapa waktu lalu diusut secara tuntas.
Kepala Penerangan Kogabwilhan III, Kolonel Czi IGN Suriastawa mengatakan hal itu dalam siaran persnya, di Jakarta, Senin, menanggapi temuan dari Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Intan Jaya, dan temuan dari pihak lain.
Suriastawa mengingatkan bahwa rangkaian kejadian di Intan Jaya pada 14-18 September 2020 itu menelan lima korban jiwa, dua prajurit TNI dan tiga warga sipil, salah satunya pendeta Yeremia Zanambani.
"Seperti rekomendasi TGPF, TNI mendukung pengusutan tuntas seluruh kasus ini. Jangan hanya fokus pada satu kasus dan mengesampingkan kasus lainnya, karena ini adalah satu rangkaian kejadian," ujarnya.
Menurut dia, dikesampingkannya seluruh fakta dari rangkaian kejadian ini, akan mengaburkan masalah yang paling mendasar, yaitu keberadaan gerombolan kriminal bersenjata, sumber masalah di Papua ini.
Hasil temuan TGPF Intan Jaya bentukan Menko Polhukam Mahfud MD, kasus kematian Pendeta Yeremia menunjukkan adanya keterlibatan oknum aparat.
Namun, temuan Tim Independen Kemanusiaan yang diketuai Haris Azhar menyebut dengan detail uraian kejadiannya, waktu, tempat bahkan nama-nama pelakunya.
Menanggapi temuan tim independen ini, Ketua Tim Investigasi Lapangan TGPF, Benny Mamoto menyatakan bahwa TGPF mengaku memiliki data yang lebih lengkap, namun TGPF memang tidak ingin mendahului proses hukum, karena itu diluar kewenangan TGPF.
Kapen Kogabwilhan III pun menyatakan bahwa TNI sangat menghargai rekomendasi TGPF termasuk temuan pihak lain.
"Sejak awal TNI mendukung keputusan pemerintah terkait hal ini, dan aktif mengamankan TGPF selama tugas investigasi di lapangan," katanya.
Dia menegaskan bahwa TNI menjunjung tinggi proses hukum yang berlaku, termasuk bila ternyata dari proses hukum, terdapat keterlibatan oknum prajurit.
Sejak beberapa hari yang lalu, Tim Investigasi TNI AD juga telah terjun di lapangan sebagai tindak lanjut rekomendasi TGPF.