Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) Pdt Gomar Gultom menyambut dengan rasa syukur atas telah berlangsungnya Pilkada Serentak 9 Desember 2009 dengan aman, lancar, dan dijalankan dengan protokol kesehatan COVID-19 yang baik.
"Saya atas nama Persekutuan Gereja-gereja Indonesia, mengucapkan syukur dan terima kasih kepada seluruh rakyat Indonesia atas keberhasilan penyelenggaraan pilkada ini," kata Pdt Gomar Gultom dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Minggu.
Menurut dia, keberhasilan ini layak diapresiasi sebagai cermin solidaritas dan sinergi para penyelenggara pilkada, pemerintah pusat dan daerah serta seluruh rakyat dalam menjalankan salah satu instrumen demokrasi yang sangat penting.
Apresiasi juga perlu disampaikan kepada KPU, Bawaslu dan Pemerintah, khususnya Kementerian Dalam Negeri, yang secara proaktif dan antisipatif merencanakan dan merealisasikan secara terukur dan sistematis seluruh tahapan hajatan demokrasi ini di tengah pandemi COVID-19, sehingga dapat berjalan lancar dan tidak menciptakan klaster baru penyebaran Corona.
Sebelumnya, ada kekhawatiran bahwa Pilkada 2020 yang digelar di tengah situasi pandemi COVID-19 mengancam keselamatan warga, karena berpotensi menjadi tempat berkembangnya klaster-klaster baru penyebaran virus.
Namun, menurut Pdt Gomar Gultom yang mengakui memantau prosesi di TPS melalui jaringan umat dan pengurus PGI di 270 daerah, penegakan secara ketat protokol kesehatan serta sosialisasi masif dari pemangku kepentingan tentang 3M, membuat kekhawatiran tersebut tidak terjadi.
Mengutip pendapat Satgas Penanganan COVID-19 Nasional yang mengatakan tingkat kepatuhan protokol kesehatan COVID-19 dalam pelaksanaan Pilkada di tengah pandemi ini yang sangat tinggi, berkisar di angka 89 persen hingga 96 persen.
Menurut ketua umum organisasi gereja beranggotakan 89 gereja Kristen Protestan di seluruh Indonesia ini, hal itu merupakan prestasi bersama bangsa Indonesia dalam menjaga nilai-nilai demokrasi dan menjaga kesehatan, serta keselamatan bersama.
"Apresiasi patut disampaikan atas langkah-langkah Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Dalam Negeri, yang dipimpin oleh Bapak Tito Karnavian, dengan sangat serius telah mendukung pelaksanaan pilkada kali ini bukan hanya melalui anggaran, tetapi terlebih lagi dalam merumuskan dan mengimplementasikan regulasi pilkada di masa Pandemi COVID-19. Langkah-langkah tersebut telah mendongkrak kepercayaan publik untuk datang ke tempat pemungutan suara (TPS) melaksanakan tanggung jawabnya sebagai warga negara," kata Pdt Gomar Gultom.
Selain situasi kesehatan publik yang penuh tantangan, Pilkada 2020 juga dilaksanakan di tengah resesi ekonomi yang cukup berat.
Namun, keberhasilan pelaksanaan pilkada diharapkan menjadi spirit baru bagi masyarakat mengingat Indonesia telah menjadi satu dari sedikit negara di dunia yang berhasil melaksanakan pemilu di tengah Pandemi COVID-19.
Banyak dampak positif yang dapat dipetik dari suksesnya pilkada di luar proses demokratisasi lokal, yaitu antara lain geliat ekonomi di 270 daerah laksanakan pilkada serta perubahan perilaku masyarakat untuk terbiasa dengan "new normal" 3M serta bekerjanya mesin-mesin birokrasi bersama tokoh agama dan tokoh masyarakat di daerah secara sinergis.
Pilkada yang terselenggara di 270 daerah yang tersebar di 9 provinsi, 224 kabupaten, dan 37 kota, menurut Pdt Gomar Gultom, adalah hajatan demokrasi yang besar, spektakuler, dengan tingkat kerumitan yang tinggi di tengah bencana kesehatan yang menjadi tantangan seluruh dunia.
Keberhasilan pilkada menjadi cahaya harapan bagi seluruh rakyat, khususnya umat Kristen di seluruh Indonesia, bahwa negara kita berjalan dalam rel demokrasi di bawah pemerintahan yang efektif dan didukung rakyat.
"Keberhasilan Pilkada Serentak 9 Desember dengan partisipasi pemilih yang tidak surut di tengah pandemi, menandakan bahwa doa dan harapan rakyat, khususnya umat, dikabulkan. Umat merasa ikut bertanggung jawab dan berpengharapan pada terciptanya pemerintahan yang efektif, melalui paslon yang dipilihnya," kata Pdt Gomar Gultom.
Sebelumnya, Majelis Pengurus Harian (MPH) PGI telah menerbitkan pesan pastoral menjelang pilkada sebagai bekal umat untuk menentukan pilihan.
Di antara pesan pastoral itu, PGI meminta kepada umat agar menggunakan hak pilih sebagai bentuk tanggung jawab iman dan kewarganegaraan.
Sebagai warga negara umat dipanggil untuk menjadikan pilkada sebagai sarana untuk mengembangkan kualitas demokrasi substansial demi terwujudnya kebaikan bersama.
Pesan pastoral itu juga meminta agar umat tidak tersandera oleh sikap yang pragmatis dan transaksional.
Oleh karena itu, harus menjauhkan diri dari praktik-praktik menjual suaranya kepada calon kepala daerah demi alasan-alasan kebutuhan dana bagi pengembangan pelayanan atau pembangunan di lingkungan gereja.
Selain itu MPH PGI juga meminta umat untuk menghindari politik sektarian dan primordial, mengawasi setiap tahap pelaksanaan pilkada dan memilih pemimpin berdasarkan jejak keteladanannya.
Yang tidak kalah penting adalah menaati dengan ketat protokol kesehatan yang selama ini ditetapkan oleh otoritas kesehatan, di antaranya protokol 3M (menjaga jarak sosial dan jarak fisik, menggunakan masker, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir).