Wamena (ANTARA) - Wakil Ketua (Waket) II Majelis Rakyat Papua Pegunungan (MRPP) Benny Mabel mengharapkan Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Jayawijaya membatasi aktivitas galian C yang tak ramah lingkungan.
“Terjadinya banjir bandang di Kabupaten Jayawijaya pada April lalu itu disebabkan oleh pendangkalan Sungai Baliem. Pendangkalan Sungai Baliem disebabkan beberapa faktor di antaranya aktivitas galian C,” kata Waket II MRP Pegunungan Benny Mabel di Wamena, Minggu.
Menurut dia, aktivitas pembangunan pasti akan bersinggungan dengan kondisi lingkungan di mana saja terutama Kabupaten Jayawijaya maka pemerintah daerah harus mengambil sikap tegas untuk masalah tersebut.
“Aktivitas galian C dengan mengambil pasir untuk kepentingan pembangunan seperti rumah, gedung besar, secara tidak langsung mengganggu lingkungan sehingga menyebabkan pendangkalan di Sungai Baliem akhirnya ketika musim hujan terjadi banjir,” ujarnya.
Dia menjelaskan, alternatif yang ditawarkan untuk mengganti pasir sehingga lingkungan tidak terganggu yakni dalam setiap aktivitas pembangunan harus menggunakan besi atau baja.
“Pembangunan juga bisa dilakukan dengan mengurangi pemakaian pasir yakni dengan menggunakan bahan dasar batu merah. Kami juga minta supaya aktivitas penebangan (pohon) di beberapa titik dikurangi,” katanya.
Dia menambahkan dengan adanya aktivitas penebangan maka sudah tidak ada lagi daerah resapan air, yang selama ini ada di Jayawijaya sehingga ketika terjadi hujan maka air yang masuk ke Sungai Baliem maupun ke kawasan lembah ini semakin banyak.
“Kami ulangi lagi untuk mengurangi kerusakan lingkungan yang lebih parah lagi maka bahan-bahan bangunan yang selama ini digunakan seperti pasir, kayu harus diganti dengan besi dan baja,” ujarnya.