Jayapura (ANTARA) - Wakil Gubernur Papua Aryoko AF Rumaropen menyebut perayaan Natal gabungan tingkat Provinsi Papua 2025 menjadi momentum awal untuk membangun Papua yang harmonis, adil, dan maju di tengah keberagaman masyarakat.
Aryoko AF Rumaropen di Jayapura, Selasa, mengatakan Natal bukan sekadar perayaan keagamaan, tetapi peristiwa iman yang meneguhkan keyakinan umat bahwa kehadiran Allah membawa keselamatan, damai sejahtera, dan pengharapan bagi seluruh manusia.
“Sehingga Natal tahun ini memiliki makna istimewa karena menjadi Natal bersama pertama bagi Gubernur dan Wakil Gubernur Papua periode 2025–2030," katanya.
Menurut Aryoko, ini menjadi momentum untuk melangkah bersama membangun Papua yang lebih maju dan harmonis.
"Pada Senin (15/12) kami telah melakukan perayaan ibadah Natal bersama yang diikuti sekitar 2.000 umat Kristiani dari unsur Forkopimda Papua, pimpinan BUMN dan BUMD, tokoh agama, tokoh masyarakat, pemuda, perempuan, ASN, serta TNI-Polri bertempat Sasana Krida, Kantor Gubernur Papua, Jayapura. Hal ini dilakukan guna memperkuat lagi membangun Papua," ujarnya.
Dia menjelaskan apalagi tema Natal 2025 yakni "Allah Hadir untuk Menyelamatkan Keluarga" sehingga pihaknya menegaskan bahwa keluarga merupakan fondasi utama dalam pembentukan iman, karakter, dan kehidupan sosial.
"Keluarga yang hidup dalam kasih dan saling menghormati akan melahirkan pribadi berintegritas yang menjadi kekuatan pembangunan daerah," katanya lagi.
Dia menambahkan dan subtema Natal yang menekankan kehadiran Allah dalam keluarga sejalan dengan visi Pemerintah Provinsi Papua, yakni "Transformasi Papua Baru yang Maju dan Harmonis melalui misi Papua Sehat, Papua Cerdas, dan Papua Produktif".
“Pembangunan yang kami dorong tidak hanya pembangunan fisik, tetapi pembangunan manusia Papua seutuhnya sehat jasmani dan rohani, cerdas, berkarakter, serta produktif dalam kehidupan sosial dan ekonomi,” ujarnya lagi.
Dia menjelaskan sehingga momentum Natal pihaknya mengajak seluruh masyarakat Papua untuk terus mempererat persaudaraan, menjaga toleransi antar umat beragama, dan menumbuhkan kepedulian sosial.
"Pemerintah, gereja, adat, dan seluruh elemen masyarakat harus berjalan seiring membangun Papua sebagai tanah damai dan tanah harapan,” katanya.

