Jayapura (Antara Papua) - Oknum aparat kepolisian di Kota Jayapura, Papua, mengintiminasi dua wartawan yang sedang meliput aksi demo Gerakan Aksi Mahasiswa, Pemuda dan Rakyat (Gempar) Papua, di depan pintu gerbang Universitas Cenderawasih (Uncen) di Abepura, Jumat sekitar pukul 10.20 WIT.
Aprila Wayar, wartawan Tabloidjubi.com, mengaku jika dirinya sempat dicekik di bagian lehernya oleh salah satu dari lima polisi berpakaian dinas dan preman.
"Tiba-tiba ada satu polisi yang datang ingin merampas `gadget` (perangkat, red) milik saya karena ada foto-foto aksi demo itu. Kemudian ada lima polisi lagi berpakaian dinas menghampiri saya. Salah satunya mencekik bagian belakang leher saya," kata Aprila yang juga penulis novel itu.
Ia mengatakan peristiwa itu terjadi saat dirinya meliput aksi demo kelompok mahasiswa yang menamakan diri Gempar Papua guna memperingati 52 tahun `New York Agreement` di halaman dan depan gerbang masuk kampus Uncen Abepura.
Ketika itu, Aprila yang juga mantan aktivis LSM sedang mengambil foto-foto aksi demo dengan `gadget`-nya dari salah satu pojok halaman kampus.
"Saat itu kartu pers saya kantongi karena putus talinya. Mereka (polisi) sempat mendorong saya untuk naik ke arah truk Dalma. Namun ada polisi yang berpakain preman yang melerai karena mungkin tahu saya wartawan setelah saya berteriak kesakitan," katanya.
Sementara itu, Ocktovianus Pogau wartawan dari Suarapapua.com mengaku hampir mendapat perlakuan yang sama dari oknum polisi yang berencana membubarkan aksi demo Gempar Papua yang dianggap ilegal karena tidak terdaftar di Kesbangpol setempat.
"Foto-foto dari kamera saya sempat mau dihapus jika saja mereka tidak melihat kartu pers saya," katanya menyesalkan tindakan oknum polisi tersebut.
Okto mengaku intimidasi oknum polisi kepada dirinya telah terjadi dua kali, sebelumnya di Manokwari, Papua Barat, saat meliput aksi dari kelompok masyarakat.
"Ini kejadian yang kedua yang saya alami. Sepertinya polisi yang turun ke lapangan tidak profesional dalam hadapi wartawan. Saya berharap kejadian ini menjadi pengalaman bagi saya dan institusi kepolisian di Jayapura dan Papua pada umumnya agar bisa membedakan mana wartawan dan mana pendemo," katanya dengan nada kecewa.
Usai aksi demo, Kapolres Jayapura Kota AKBP Alfred Papare ketika dikonfirmasi terkait insiden itu enggan menanggapi, tetapi mengatakan aksi demo dari Gempar Papua dilarang dan tidak memiliki izin.
"Aksi demo kelompok itu (Gempar Papua) ilegal, mereka tidak terdaftar di Kesbangpol," jawabnya.
Pantauan Antara di lapangan, Jumat, peristiwa tersebut sempat mengundang perhatian warga dan pengguna Jalan Raya Abepura-Waena, namun secara umum tidak terjadi aksi-aksi melawan hukum lainnya. (*)
Oknum polisi Jayapura intimidasi wartawan peliput demo di Uncen
"Tiba-tiba ada satu polisi datang ingin merampas `gadget` (perangkat) milik saya karena ada foto-foto aksi demo itu. Kemudian ada lima polisi lagi berpakaian dinas menghampiri saya. Salah satunya mencekik bagian belakang leher saya," kata Aprila.