Jayapura (Antara Papua) - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Papua mengagendakan studi banding tentang tata niaga kopi arabika di negara tetangga Papua Nugini (PNG).
Kepala Badan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal (BPTPM) Provinsi Papua Jhon Way, di Jayapura, Rabu, menjelaskan potensi kopi di Papua cukup tinggi, namun belum terbentuk sebagai sebuah industri yang memiliki nilai ekonomi bagi masyarakat.
Oleh karena itu dalam studi banding tersebut Pemprov Papua ingin mengetahui bagaimana tata kelola kopi di Papua Nugini.
"Sentra kopi di PNG ada di Monaghan, sebuah daratan tinggi seperti Wamena. Kita harus pelajari tata niaganya karena dari kopi banyak orang PNG jadi kaya," ujarnya.
Menurut dia, kualitas kopi Papua dengan Papua Nugini sama karena daerah Monaghan berbatasan langsung dengan Kabupaten Pegunungan Bintang.
Selain dari sisi infrastruktur jalan yang belum memadai, hingga kini belum ada keterpaduan program di tingkat provinsi dengan kabupaten untuk memanfaatkan potensi tersebut.
"Di sini (Papua) potensi besar tapi belum bisa dimaksimalkan. kopi ini harus digiatkan, harus ada koperasi yang bisa mewadahi sehingga minimal setiap bulan kita bisa ekspor," katanya.
"Harus ada sinergi dengan pemerintah kabupaten karena kebun kopi ini cukup banyak karena bibitnya sudah ada dari zaman belanda," sambungnya.
Masih bergantungnya Papua terhadap sektor tambang, menurut dia harus segera diminimalisir karena hingga kini dampak yang diberikan sektor tersebut belum merata.
"Papua pertumbuhan IPM tinggi tapi kemiskinan tetap tinggi karena kita tergantung sektor tambang. Sektor ini hanya memperkerjakan 13 ribu orang, sisanya ada di sektor lain, jadi akhirnya pertumbuhan ini tidak merata," kata Jhon. (*)