Biak (Antara Papua) - Atraksi Snapmor atau budaya tradisional masyarakat adat Biak menangkap ikan di air kering (meti) pada setiap Festival Munara Wampasi diusulkan mendapat penghargaan warisan tak benda dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
"Dinas Kebudayaan bersama Balai Pelestarian Masyarakat Papua berharap usulan Snapmor menjadi warisan tak benda dapat direaliasikan tahun 2018," kata Kepala Dinas Kebudayaan Biak Numfor Aner Rumakioto ketika dihubungi di Biak, Selasa.
Ia mengakui Snapmor sebagai budaya lokal telah turun temurun berlangsung di masyarakat adat Biak hingga saat ini masih tetap eksis dijaga keasliannya.
Aner berharap dengan dimasukannya Snapmor menjadi warisan tak benda diharapkan menambah jumlah budaya masyarakat adat asli Biak sebagai bagian dari kekayaan budaya Nusantara di Indonesia.
"Melalui pengakuan warisan tak benda dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan memproteksi keaslian budaya daerah di Indonesia sehingga tidak diklaim negara lain," katanya.
Sementara itu, Ketua Dewan Kesenian Biak Mika Ronsumbre mengatakan berbagai kekayaan budaya lokal masyarakat adat Papua sudah mendapat pengakuan sertifikat warisan tak benda dari pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Diantara budaya masyarakat adat Papua yang sudah mendapat pengakuan warisan tak benda, lanjut Mika Ronsumbre, seperti kapak batu, tifa, noken, apen byaren serta berbagai budaya masyarakat lokal lainnya.
Mika menyebut Papua dengan berbagai latar belakang budaya daerah harus dijaga keasliannya dengan mendaftarkan sebagai warisan tak benda.
"Jajaran dinas kebudayaan dan balai pelestarian masyarakat Papua diharapkan terus menjadi mitra kerja seniman dan budayawan untuk melindungi beragam kekayaan budaya lokal supaya tetap lestari sepanjang massa," katanya.
Pemkab Biak Numfor melalui Dinas pariwisata setiap tahun mengelar festival Biak Nunara Wampasi sebagai ajang kegiatan pariwisata tahunan untuk menjaga eksistensi dan keaslian budaya lokal masyarakat adat Biak seperti Snapmor, apen byaren (atraksi berjalan kaki di atas batu panas), pameran budaya, panggung kesenian. (*)

