Denpasar (Antaranews Papua) - Direktur Angkutan Udara Kementerian Perhubungan Maria Kristi Endah Murni mengatakan anggaran penerbangan perintis 2018 lebih rendah dari anggaran 2017 karena dilakukan pemangkasan guna efisiensi.
Dalam Rapat Koordinasi I Angkutan Udara Perintis di Denpasar, Rabu, ia menyebutkan anggaran perintis penumpang 2017 sebesar Rp568 miliar, sementara 2018 sebesar Rp480 miliar.
"Adanya efisiensi, jadi frekuensinya dikurangi karena banyak pertimbangan cuaca, tetapi rutenya diperbanyak," ucapnya.
Kristi menyebutkan rute penerbangan perintis penumpang meningkat pada tahun ini menjadi 209 rute dibandingkan tahun lalu sebanyak 188 rute.
Untuk penerbangan perintis kargo meningkat dari 12 rute tahun lalu menjadi 41 rute pada tahun ini.
Seiring dengan peningkatan jumlah rute angkutan perintis kargo, anggaran tahun ini pun ditambah dari Rp33 miliar pada 2017 menjadi Rp106 miliar menjadi 2018.
Kristi menjelaskan sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 79 Tahun 2017 tentang Kriteria dan Penyelenggaraan Kegiatan Angkutan Udara Perintis, usulan penerbangan perintis harus dilakukan oleh pemerintah daerah.
"Karena daerah itu yang paling tahu kondisinya. Kita tidak bisa apabila tidak diusulkan oleh Pemda. Ada kriterianya, misalnya, tidak ada moda lain. Apabila ada moda lain, seperti di Toraja, orang lebih pilih jalur darat meski enam jam," ujarnya.
Sementara itu, untuk kontrak dengan maskapai perintis sudah 95 persen di antaranya Airfast Indonesia, Dimonim Air, Susi Air dan Trigana Air.
Terkait jembatan udara, Kristi mengatakan saat ini sudah mulai berjalan untuk Papua, sebagai berikut Timika (13 perintis kargo, dua rute subsidi kargo), Wamena (empat rute perintis kargo), Dekai (18 rute perintis kargo).
Untuk wilayah lain, di antaranya Tarakan (Tarakan-Long Bawan dan Tarakan-Long Apung), Masamba (Masamba-Seko, Masamba-Rampi, Palu-Seko dan Palu-Rampi). (*)