Jakarta (Antaranews Papua) - Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam), Wiranto mengatakan, saat ini operasi penyelamatan korban penembakan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Nduga, Papua, masih terus dilakukan.
"Operasi penyelamatan korban masih terus dilakukan baik di tempat kejadian maupun sekitar kejadian karena banyak juga dari para pekerja yang menyelamatkan diri secara terpecah," kata Wiranto usai menggelar Rapat Koordinasi tentang penyelesaian permasalahan Papua, di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Selasa.
Hadir dalam rapat koordinasi itu, antara lain, perwakilan Polri, perwakilan TNI dan Kementerian Luar Negeri.
Namun, lanjut dia, berdasarkan laporan yang diterimanya dari Polri dan TNI yang merupakan pasukan terpadu untuk operasi penyelamatan ini, maka sudah dapat diidentifikasi sebanyak 17 orang meninggal, ditembak dan dibacok.
"Kemudian, empat orang ditemukan selamat dan masih hidup, sementara empat orang lainnya masih dalam pencarian," kata Wiranto.
Karena berdasarkan penuturan temannya, mereka bisa lari karena mengalami luka bacok.
"Kita harap mereka bisa ditemukan dalam keadaan hidup karena mereka ini pahlawan pembangunan," kata purnawirawan Jenderal bintang empat ini.
Kemudian, tambah Wiranto, sebanyak 27 orang telah dievakuasi dan selamat, tidak hanya pekerja jembatan, tetapi ada pekerja puskesmas, telkom, karyawan SMP.
"Mereka dapat diselamatkan karena mereka melarikan diri," katanya.
Kini, tambah Wiranto, satgas terpadu dari TNI dan Polri masih melakukan pengejaran kepada KKB Nduga yang telah menembak mati karyawan Istaka Karya, staf Balai Besar Pembangunan Jalan Nasional Wilayah Papua dan anggota TNI AD Sertu Handoko beberapa waktu lalu.
Wiranto juga membantah bila TNI menggunakan bom dalam melakukan pengejaran KKB di Nduga, Papua yang telah menembak mati karyawan Istaka Karya, staf Balai Besar Pembangunan Jalan Nasional Wilayah Papua dan anggota TNI AD Sertu Handoko beberapa waktu lalu.
"Enggak ada (TNI gunakan bom). Tapi, kalau gunakan granat pelontar, memang iya. Suaranya kalau buat orang awam sama dengan bom, suaranya sama tapi barangnya beda. Kalau bom dijatuhkan dari udara, ini dilontarkan dari senapan, jadi jangan sampai ada berita simpang siur seperti itu," ujarnya.
Selain itu, operasi pengejaran kepada KKB Nduga masih terus dilakukan oleh Satgas terpadu TNI dan Polri.
"Memang ada berita simpang siur tentang jumlah pasukan. Saya sampaikan bahwa memang ada satuan bantuan non organik, tidak hanya organik pasukan Brimob dan TNI di Papua dikerahkan. Tapi kita datangkan dari pasukan non organik dari luar Papua apakah itu Brimob maupun Kopassus," kata Wiranto.
Pengerahan pasukan Brimob dan Kopassus untuk mengejar KKB Nduga sangat dibutuhkan karena medannya yang sangat sulit, sehingga dibutuhkan personil yang terlatih.
Dalam kesempatan itu, Wiranto menegaskan, pemerintah tidak akan akan berdiskusi dengan KKB.
"Saya tidak akan berdiskusi dengan kriminal, mereka klaim apa saja nggak saya jawab gak benar, itu pasti," katanya.
Menurut Wiranto, mereka melakukan suatu propaganda membuat masyarakat resah dan masyarakat ketakutan.
"Untuk apa saya jawab. Yang penting negara tetap punya kewajiban melindungi segenap tumpah darah dan warga negaranya. Mereka klaim biarin aja, klaim apapun jelas mereka kriminal melakukan kejahatan di luar batas kemanusiaan, harus kita lawan," tegas Wiranto.