Timika (ANTARA News Papua) - Pemimpin Gereja Katolik Keuskupan Agats Asmat, Mgr Aloysius Moerwito OFM, mengapresiasi gerak cepat pemerintah dalam menangani wabah campak dan gizi buruk yang menelan korban lebih dari 70 jiwa anak di wilayahnya pada medio awal Januari 2018.
Ditemui Antara di Timika, Senin, Uskup Moerwito mengatakan tanggapan dari berbagai pihak, baik pribadi maupun institusi dan tentu saja pemerintah dalam menangani persoalan campak dan gizi buruk di Asmat begitu luar biasa, baik melalui pengiriman makanan dan obat-obatan maupun tenaga kesehatan serta relawan kemanusiaan langsung ke Asmat.
"Yang mengesankan saya, begitu informasi tersebut tersiar ke luar, dalam waktu yang begitu cepat bantuan mengalir ke Asmat. Apalagi ini segera ditindaklanjuti oleh pemerintah dalam skala yang lebih besar," kata Uskup.
Keuskupan Agats, katanya, menerima informasi awal bahwa ada kematian sekitar 13 balita di beberapa kampung akibat serangan campak pada awal Januari 2018.
Setelah dilakukan penanganan besar-besaran oleh pemerintah dengan melibatkan lintas sektor termasuk TNI dan Polri, korban meninggal akibat serangan campak dan gizi buruk di Asmat malah jumlahnya jauh lebih banyak yaitu lebih dari 70-an jiwa. Lebih dari 600 anak lainnya saat itu juga harus dirawat intensif akibat serangan campak dan gizi buruk.
Selama tiga bulan masa tanggap darurat, katanya, bantuan kemanusiaan berupa makanan tambahan, obat-obatan, pakaian dan pelbagai bahan kebutuhan pokok lainnya mengalir ke Asmat.
"Ada yang dikirim melalui pesawat ke Timika untuk selanjutnya dibawa ke Asmat, tetapi ada juga yang dikirim melalui kapal laut langsung ke Asmat," kata Uskup.
Bantuan-bantuan tersebut terdistribusi sampai di kampung-kampung dan distrik-distrik yang jauh dari Kota Agats, ibu kota Kabupaten Asmat, pada akhir Januari 2018.
Selanjutnya, setelah tiga bulan masa tanggap darurat tersebut, Pemkab Asmat kemudian menyatakan kasus campak dan gizi buruk di wilayahnya sudah bisa diatasi.
"Kami dari gereja membantu menangani di tiga distrik, sedangkan distrik yang lain ditangani oleh pemerintah bersama TNI-Polri. Setiap hari kami melakukan penimbangan badan anak-anak yang mengalami gizi buruk. Kelihatan sekali perbedaannya sebelum dan setelah mereka mendapatkan asupan makan secara teratur dan bergizi," ujar Uskup.
Selain itu, katanya, dalam periode masa tanggap darurat maupun setelah itu tidak ada lagi pasien campak dan gizi buruk yang dievakuasi ke Kota Agats untuk mendapatkan penanganan secara khusus.
Adapun saat ini setelah satu tahun pascakejadian luar biasa campak dan gizi buruk di Asmat tersebut masih ditemukan anak-anak yang terserang campak di wilayah Asmat.
"Informasi terakhir yang disampaikan Dinas Kesehatan Asmat, masih ada satu dua anak yang dirawat di rumah sakit karena terserang campak. Tapi menurut kami, itu kondisi normal. Secara keseluruhan saya merasa tidak ada lagi kasus darurat sebagaimana yang terjadi pada awal 2018 itu," kata.
Uskup mengakui, perhatian penuh dari Pemerintah Pusat dalam menangani wabah campak dan gizi buruk di Asmat pada awal 2018 sebagai rahmat di tengah-tengah keterpurukan yang dialami masyarakat di wilayah itu selama berpuluh-puluh tahun.
"Selama kurang lebih 15-16 tahun saya menjabat sebagai Uskup Asmat, dulu-dulunya belum pernah ada seorang Menteri pun yang datang mengunjungi Asmat. Tapi sekarang ini, yang datang ke Asmat bukan hanya Menteri, bahkan Presiden Joko Widodo bersama menteri-menterinya langsung ke Asmat. Kami merasakan ini seperti berkat yang turun di tengah-tengah keterpurukan," tandasnya.
Uskup berharap perhatian penuh dari Pemerintah Pusat terhadap masyarakat Asmat tidak saja dirasakan saat warga di wilayah itu mengalami bencana kemanusiaan, tapi juga untuk tahap selanjutnya dalam upaya mengangkat derajat kesehatan dan kesejahteraan mereka agar semakin berkualitas.