Timika (ANTARA) - Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK) hingga kini masih membiayai pendidikan sekitar 1.000 orang putra-putri asli Papua dari kalangan tujuh suku di Kabupaten Mimika.
Sekretaris Eksekutif LPMAK Abraham Timang di Timika, Senin (29/4), mengatakan seribuan pelajar dan mahasiswa tujuh suku yang mendapat bantuan beasiswa dari LPMAK itu mulai dari jenjang pendidikan dasar SD hingga Perguruan Tinggi (termasuk program studi strata dua dan strata tiga) baik di dalam maupun luar negeri.
"Sekarang yang aktif menerima beasiswa pendidikan dari LPMAK tercatat 1.000 orang. Mereka tersebar di berbagai kota studi, mulai dari Timika, Jayapura, Manokwari, Sulawesi Utara, Pulau Jawa, bahkan beberapa diantaranya di luar negeri yaitu tiga orang di Jerman dan dua orang di China," kata Abraham.
Dalam beberapa tahun terakhir, katanya, LPMAK tidak lagi mengirim peserta beasiswa baru untuk melanjutkan pendidikan ke luar Papua lantaran menurunnya alokasi dana kemitraan yang diterima dari PT Freeport Indonesia.
Namun pada tahun ajaran mendatang, LPMAK berencana mengirimkan lagi sejumlah pelajar untuk melanjutkan pendidikan pada beberapa lembaga Perguruan Tinggi khusus untuk jurusan-jurusan yang masih langka seperti penerbangan, kedokteran, pertambangan dan lainnya.
Abraham mengatakan jajarannya sudah membuat nota kesepahaman bersama dengan salah satu sekolah penerbangan milik Kementerian Perhubungan di Banyuwangi, Jawa Timur.
"Tahun ini kami akan kirim lima orang untuk melanjutkan pendidikan di sekolah penerbangan di Banyuwangi. Ada juga yang kami kirim ke beberapa perguruan tinggi yang memiliki jurusan langka sehingga nantinya anak-anak ini setelah selesai kuliah bisa langsung bekerja. Kelemahan kami selama ini banyak peserta beasiswa yang kuliah pada jurusan-jurusan ilmu sosial sehingga sulit mendapatkan pekerjaan setelah menyelesaikan kuliah," kata Abraham.
Peserta program beasiswa LPMAK tidak hanya berasal dari Suku Amungme dan Kamoro yang merupakan dua suku asli di Kabupaten Mimika, tetapi juga berasal dari lima suku kekerabatan lainnya di sekitar areal pertambangan PT Freeport Indonesia yaitu Moni, Mee (Paniai), Nduga, Damal dan Dani.