Jakarta (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat Indonesia diguncang gempa tektonik signifikan delapan kali selama tiga hari terakhir yakni mulai Rabu (25/3) hingga Jumat.
"Ini dirasakan oleh masyarakat yang berada berdekatan dengan pusat gempa," kata Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat.
Gempa tektonik tersebut dipicu oleh adanya aktivitas sumber gempa, baik sumber gempa subduksi lempeng maupun sesar aktif yang tersebar di beberapa daerah.
Daerah-daerah tersebut di antaranya selatan Selat Sunda, selatan Jawa Timur, selatan Bali, Nusa Tenggara Timur (NTT), Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Maluku Utara dan Papua.
Ia merinci gempa yang terjadi dalam tiga hari terakhir diawali pada Rabu (25/3) dimana tercatat empat kali gempa tektonik yang dirasakan di antaranya gempa Jailolo. Ini dipicu sesar aktif berkekuatan magnitudo 2,1 pada pukul 16.54 WIB.
Kemudian pada hari yang sama terjadi pula gempa Yahukimo, Papua akibat aktivitas sesar naik pegunungan tengah berkekuatan magnitudo 4,5 pada pukul 17.54 WIB dan gempa Ende, NTT akibat aktivitas sesar aktif berkekuatan magnitudo 3,3 pada 16.23 WIB.
Selanjutnya pada Kamis (26/3) terjadi dua kali gempa tektonik yang dirasakan yakni gempa selatan Selat Sunda. Ini dipicu sesar Mentawai berkekuatan magnitudo 4,2 pada pukul 16.23 WIB. Kemudian yang kedua ialah gempa Mindanao, Filipina akibat aktivitas subduksi lempeng di Palung Cotabato berkekuatan magnitudo 6,1.
Untuk gempa di Mindanao, Filipina, kata dia, berdampak berupa guncangan yang dirasakan hingga di sebagian wilayah Provinsi Sulawesi Utara pada pukul 22.38 WIB.
Sementara pada Jumat, BMKG sudah mencatat tiga kali gempa tektonik yang dirasakan. Pertama, yaitu gempa Sarmi di Papua yang dipicu oleh sesar naik mamberamo berkekuatan magnitudo 5,8 pada pukul 04.36 WIB.
Kedua, gempa di barat daya Jember,Jatim pada 03.35 WIB dengan kekuatan magnitudo 4,9 yang dipicu adanya aktivitas sesar dasar laut. Terakhir ialah gempa Wajo, Sulawesi Selatan yang dipicu aktivitas sesar walanae berkekuatan magnitudo 4,9 pada pukul 04.58 WIB.
Seluruh gempa yang terjadi sejak Rabu (25/3) tersebut belum sampai menimbulkan kerusakan. Sebagian besar memiliki skala intensitas antara II hingga III Modified Mercally Intensity (MMI).
"Hal ini berarti guncangan yang dirasakan oleh masyarakat seolah ada truk yang berlalu," katanya.
Selain itu, hingga hari ini aktivitas gempa susulan di selatan Bali masih berlangsung. BMKG mencatat sejak terjadi gempa utama berkekuatan magnitudo 6,3 pada 19 Maret 2020 hingga Jumat pukul 00.00 WIB terjadi 54 kali gempa susulan.
Adanya peningkatan aktivitas gempa akhir-akhir ini patut diwaspadai oleh masyarakat sebab peristiwa tersebut bisa terjadi kapan saja dan bahkan hingga saat ini belum dapat diprediksi.
"Jadi masyarakat perlu memahami cara menyelamatkan diri saat terjadi gempa bumi dan tsunami. Salah satunya menyiapkan bangunan aman gempa dan tata ruang pantai berbasis risiko bencana tsunami," demikian Rahmat Triyono .