Surabaya (ANTARA) - Presiden Asosiasi Pemerintah Kota dan Pemerintah Daerah se-Asia Pasifik (United Cities and Local Government Asia Pasific (UCLG Aspac) Tri Rismaharini menyatakan pandemi virus corona jenis baru (COVID-19) membutuhkan penanganan dalam skala lokal.
"Ini karena masing-masing daerah memiliki budaya yang berbeda, sehingga membutuhkan cara penyelesaian masing-masing," katanya di Surabaya, Jawa Timur, Sabtu.
Pernyataan Tri Rismaharini yang juga Wali Kota Surabaya ini merujuk pada pendapat dari Prof Dr Rajib Shaw dari Keio University, Japan, dalam rapat melalui teleconference yang diselenggarakan oleh UCLG Aspac pada Kamis (9/4) lalu.
Ia menilai penanganan COVID-19 antara Surabaya dengan daerah lain, semisal Palembang dan Medan pasti juga tidak sama. Apalagi, Kota Surabaya memiliki banyak akses masuk, mulai dari pesawat, kapal, kemudian jalan darat.
"Terlebih, jarak antardaerah juga dekat. Itulah kenapa pandemi COVID-19 harus diselesaikan dengan cara lokal masing-masing," ujarnya.
Baca juga: Gubernur Khofifah: 63 dari 256 pasien positif COVID-19 di Jatim sembuh
Ia menceritakan di Guangzhou, China, bisa membangun rumah sakit sendiri, sekaligus mendatangkan petugas medis sendiri dari beberapa kota lainnya. Hal itu, karena adanya kebijakan sentralistik di China.
"Kalau kita tidak bisa dengan cara itu, karena masing-masing daerah juga mengalami (wabah COVID-19) sendiri," katanya.
Diakuinya bahwa dalam menangani wabah COVID-19 ini masih ada keterbatasan, terutama jumlah fasilitas, prasarana dan sumber daya manusia. Sementara, Kota Surabaya sering menjadi rujukan rumah sakit dari daerah.
Namun, ia memastikan bahwa Pemerintah Kota Surabaya semaksimal mungkin melakukan pencegahan COVID-19. "Kalau tidak, berat. Itu yang dilakukan di beberapa kota, di antaranya di salah kota di Jepang membuat 'border control' perbatasan," katanya.
Baca juga: Ketua Gugus Tugas: Disiplin kolektif penting dalam mengatasi pandemi COVID-19
Perempuan pertama yang menjadi Wali Kota Surabaya ini menegaskan yang paling penting untuk mengurangi penyebaran COVID-19 adalah dengan sikap disiplin melalui menjaga jarak, memakai masker, dan menjaga kebersihan dengan cara rajin cuci tangan.
"Kenapa Dinas Dinas Pemadam Kebakaran (PMK) terus lakukan penyemprotan disinfektan. Bahkan, semua sumber daya kita kerahkan, karena kalau sudah begitu tinggi (penderita), akan berat," katanya.
Bahkan, pihaknya juga memperbanyak pemasangan wastafel dan cairan pembersih tangan di pasar tradisional, membagi ribuan masker ke pedagang dan pengemudi ojek daring.
Tidak hanya itu, untuk menekan penyebaran virus, di sejumlah perbatasan pintu masuk ke Kota Surabaya, juga dilakukan penyemprotan disinfektan. Upaya ini dilakukan untuk menekan penyebaran COVID-19.
Ia juga mengakui, bahwa sebelumnya pihaknya telah mengeluarkan surat edaran yang berisi tentang serangkaian protokol-protokol pencegahan COVID-19 dan disampaikan mulai dari pengelola apartemen, hotel, mal, perkantoran sampai RT/RW.
"Kalau semua disiplin, saya yakin turun," demikian Tri Rismaharini.
Berita Terkait
Wali Kota Surabaya terima gelar kehormatan warga Sulawesi Utara
Selasa, 7 Desember 2021 15:11
Ketua DPR Puan Maharani berikan 30 ribu dosis vaksin COVID-19 untuk warga Jatim
Kamis, 8 Juli 2021 15:00
Pemkot Surabaya siapkan beasiswa anak awak KRI Nanggala-402
Senin, 26 April 2021 11:00
Akun penipu catut Eri Cahyadi menjelang pelantikan wali kota Surabaya
Minggu, 21 Februari 2021 10:20
Plt Wali Kota Whisnu : Persebaya bisa gunakan Stadion GBT dan Gelora 10 November
Sabtu, 30 Januari 2021 15:23
Plt Wali Kota usulkan Surabaya tak diberlakukan PSBB
Kamis, 7 Januari 2021 10:59
Plt Wali Kota Surabaya bersama Forpimda bahas pengamanan liburan Nataru
Jumat, 25 Desember 2020 16:52
Wali Kota Surabaya terpilih Eri Cahyadi bangga Risma menjadi Mensos
Rabu, 23 Desember 2020 12:54