Jakarta (ANTARA) - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo bersama Gerakan Keadilan Bangun Solidaritas (Gerak BS) memberikan bantuan kemanusiaan kepada para sopir angkot di wilayah DKI Jakarta untuk meringankan beban mereka yang terdampak pandemi COVID-19.
Bantuan tersebut ditujukan kepada kalangan sopir angkot dan komunitas mobil nasional sarana transportasi ekonomi rakyat (Monster) yang beroperasi di kawasan Pasar Tanah Abang, Jakarta.
"Biasanya di saat Ramadhan dan menjelang Idul Fitri, aktivitas ekonomi dan perdagangan di Pasar Tanah Abang sangat bergairah, padatnya pengunjung membuat sopir angkot turut kebagian berkah. Namun semuanya kini terhenti sejenak akibat pandemi COVID-19," kata Bambang Soesatyo (Bamsoet) dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Kamis.
Hal itu dikatakan Bamsoet saat menyerahkan bantuan di halaman kantor Walikota Jakarta Pusat, di Jakarta, Kamis.
Dia mengatakan Pasar Tanah Abang yang berdiri sejak Agustus 1735 dan saat ini akan memasuki usia ke-285 tahun, tetap eksis menjadi pusat grosir tekstil terbesar se-Asia Tenggara.
Menurut dia, di pasar tersebut memiliki sekitar 20.000 kios yang tersebar di berbagai blok, seribu lebih lapak pedagang kaki lima, dengan rata-rata jumlah pengunjung harian mencapai ratusan ribu orang, sehingga perputaran uang di Pasar Tanah Abang mencapai ratusan miliar rupiah per hari atau triliunan rupiah per tahun.
"Jika para pedagang masih bisa bertahan hidup karena keuntungan usahanya selama ini bisa ditabung, tak demikian dengan para sopir angkot yang rata-rata mengandalkan pendapatan harian dengan jumlah pas-pasan. Keuntungan hari ini, dipakai untuk biaya hidup esok hari, dan hanya sedikit sekali yang bisa ditabung," ujarnya.
Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia itu berharap sedikit uluran tangan yang diberikannya bisa menjadi pengganti sepinya tarikan penumpang sekaligus menjadi pendorong semangat bagi para sopir angkot agar tak menyerah maupun putus asa menghadapi pandemi COVID-19.
Menurut dia, COVID-19 memang telah menghentikan aktivitas sosial hingga ekonomi namun tidak akan mematikan tekad dan semangat gotong royong bangsa Indonesia karena kalaupun pendapatan masyarakat menurun tajam namun tidak sampai ada yang kelaparan.
"Karena setiap orang memastikan tetangga di sekitarnya terjaga. Kita tunjukkan kepada dunia, bahwa semangat gotong royong yang dimiliki bangsa Indonesia tidak semata jargon, melainkan memang sudah mendarah daging dalam setiap aktivitas kehidupan," katanya.