Jakarta (ANTARA) - Dewan Pakar Indonesia Maju Institute (IMI) Lukman Edy berpendapat Menteri BUMN Erick Thohir memiliki "sense of crisis" yang sama dengan Presiden Joko Widodo, sehingga ditunjuk untuk memimpin Tim Pemulihan Ekonomi Nasional dan Penanganan COVID-19.
Lukman Edy dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Selasa, mengatakan tim yang dibentuk Presiden Jokowi itu merupakan langkah yang tepat dan menunjukkan 'sense of crisis' menghadapi ketidakpastian keadaan ke depan.
Politikus PKB ini mengatakan paling tidak ada dua persoalan besar yang dihadapi bangsa pada saat ini.
Pertama, pandemi COVID-19 yang belum tentu kapan akan berakhir sehingga seluruh negara meningkatkan kewaspadaannya terhadap kemungkinan munculnya pandemi jilid II yang lebih parah.
Kedua, lanjutnya, situasi ekonomi dunia yang tidak menentu, dimana hampir semua negara mengalami negatif "growth" (pertumbuhan ekonomi), bahkan banyak yang negatif pertumbuhannya hingga dua digit.
"Terhadap dua persoalan besar tersebut, maka yang akan dihadapi adalah kenyataan Indonesia menghadapi ancaman dua krisis sekaligus, yaitu krisis kesehatan dan krisis ekonomi," kata Lukman Edy.
Lukman juga menyinggung soal statemen Presiden Jokowi dalam minggu-minggu terakhir ini memperlihatkan kerisauan dan sensitifitasnya terhadap keadaan.
"Pertama, kemarahan beliau di sidang Kabinet karena melihat para pembantunya yang belum sejiwa dengannya dalam menghadapi krisis. Ada yang serius tapi banyak yang santai saja. Presiden Jokowi ingin frekuensi sensitifitas para pembantunya sama dengannya ketika menghadapi krisis sekarang ini," katanya.
Kedua, katanya, ketika Presiden Jokowi pidato di depan para gubernur yang mengingatkan keseriusan kepala daerah dalam menangani pandemi Corono di daerah masing-masing terkait masih lambannya eksekusi APBD sehingga menjadi penyebab tidak terangkatnya pertumbuhan.
"Intinya Jokowi ingin, apa yang beliau ucapkan minggu-minggu terakhir ini, juga di eksekusi. Beliau tidak ingin hanya didengar tapi tidak dilaksanakan. Beliau ingin langkah cepat yang dilandasi sense of crisis yang kuat," tegas Lukman.
Dia menilai Erick dipilih untuk memimpin pelaksana penanganan COVID-19 dan pemulihan ekonomi, karena Jokowi butuh orang berkinerja cepat.
"Saya melihat, bukan saja karena Menteri BUMN ini punya fungsi dan kewenangan yang cukup untuk mengemban amanah berat ini, tetapi Jokowi juga melihat, di antara pembantu beliau, Erick Thohir lah yang paling cepat, kreatif dan tidak bertele tele dalam menghadapi krisis sekarang ini," jelasnya.
Presiden Jokowi merasakan ada frekuensi yang sama dengan Erick Thohir soal sensitifitas dalam menghadapi krisis kesehatan dan sekaligus krisis ekonomi sekarang ini.
"Erick Thohir punya 'sense of crisis' yang sama dengan Presiden Jokowi," katanya.
Terkait penanganan pandemi COVID-19, katanya, Erick dinilai telah bergerak cepat membantu menyiapkan Rumah Sakit Khusus Corona, termasuk pengadaan APD.
Begitu juga dalam menghadapi ancaman krisis ekonomi, Erick juga bergerak cepat membantu Presiden menggerakkan semua potensi ekonomi untuk mengerem penurunan pertumbuhan.
"Meski banyak yang Erick tabrak, tapi sepertinya Presiden suka," ucapnya.
Dalam penanganan corona, Lukman mengusulkan agar Erick segera menginventarisasi permasalahan sebagai "breakdown" dari dua masalah besar, yaitu ancaman pandemi COVID-19 jilid dua, dan ancaman krisis ekonomi dengan cepat dan lugas serta tidak bertele tele ala birokrasi.
Lukman juga meminta Erick untuk menyiapkan payung-payung hukum yang menghambat kerja penanganan ekonomi nasional dan penanganan pandemi Corona.
"Banyak mekanisme pembuatan payung hukum yang bisa ditempuh Erick, mulai dari Permen, Perpres, atau Peraturan Pemerintah bahkan Perppu sekalipun bisa ditempuh," jelas Lukman Edy.
Ketiga, Erick harus menyiapkan SOP baru di semua sektor menghadapi normal baru, yakni penegakkan hukum dalam penerapan pembatasan di era normal baru, membangkitkan kembali semangat Satgas COVID-19 yang sekarang menurun, menggerakkan konsumsi APBN dan APBD yang progresnya lambat sekali.
Selanjutnya menggerakkan indikator pertumbuhan lainnya seperti investasi baik asing maupun dalam negeri, menggerakkan dunia usaha, serta menggerakkan semua potensi.
"Erick harus dapat memastikan kelembagaan pemerintah agar semua mempunyai frekuensi 'sense of crisis' yang sama dengan Presiden Jokowi," tutup Lukman Edy.