Jakarta (ANTARA) - Salah satu lembaga pendidikan yang berada di bawah naungan Kementerian Kelautan dan Perikanan, Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Bone, Sulawesi Selatan, ekspor 15 ton produk ikan tuna beku ke Jepang.
"Untuk data ekspor pengolahan Tuna Tongkol Cakalang (TTC), SUPM Bone mengekspor 15 ton baby tuna yang diolah dalam bentuk beku utuh dengan tujuan negara ekspor Jepang," kata Kepala SUPM Bone, Nurdin Kasim, dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Senin.
Selain itu, ujar dia, pihaknya juga menyatakan berhasil memanen 9 ton udang vaname dengan sistem busmetik.
Menurut Nurdin, dalam menciptakan kegiatan seperti ekspor TTC hingga panen budidaya udang busmetik dan ekspor TTC, diperlukan kerja sama, kerja keras, dukungan dan saling memiliki terhadap produk yang dikelola.
"Di masa pendemi ini, di kala semua terpukul mundur, justru penyiapan sektor pangan sebaliknya mengalami kenaikan harga baik produk udang ataupun produk tuna cakalang," katanya.
Ia berpendapat bahwa dengan momen pandemi ini, perlu disiapkan ketersediaan produksi agar tercukupi nilai gizi dan ketahanan pangan baik secara regional maupun nasional.
Nurdin juga mengemukakan, kegiatan ini juga menjadi pemantik dalam menciptakan SDM yang unggul dan memiliki keahlian yang kompeten di bidang kelautan dan perikanan yang dapat memberikan jawaban akan segala permasalahan yang timbul.
Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) Sjarief Widjaja, menyampaikan apresiasinya atas keberhasilan panen dan berharap kegiatan ini dapat dijadikan sebagai kegiatan rutin di seluruh satuan pendidikan KP.
"Jadikan kegiatan ini menjadi sebuah tradisi di seluruh satuan pendidikan kelautan dan pendidikan, karena kegiatan ini juga merupakan wujud dari arahan Presiden Joko Widodo kepada Menteri Kelautan dan Perikanan untuk dapat meningkatkan produktivitas budidaya," kata Sjarief.
Lebih lanjut disampaikan Sjarief, bahwa Bone berada pada wilayah perairan WPPNRI 713 (Selat Makassar, Teluk Bone, Laut Flores, dan Laut Bali) yang kaya akan sumber daya perikanan seperti ikan pelagis besar, ikan pelagis kecil, ikan karang, ikan demersal, udang penaeid, cumi-cumi, rajungan, kepiting, lobster, dan serta rumput laut.
Sebelumnya, KKP mengingatkan pula kepada kalangan pelaku usaha sektor kelautan dan perikanan nasional bahwa ekspor komoditas perikanan ke Republik Rakyat China terbuka lebar pada saat ini.
"Saat ini China mulai recovery (pulih) dari resesi dan terbuka lebar peluang pasarnya," kata Sekretaris Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan KKP Hari Maryadi.
Ia mengingatkan bahwa saat ini, hasil perikanan Indonesia telah diterima di 158 negara di dunia, dan salah satu pasar terbesar ekspor hasil perikanan Indonesia adalah Republik Rakyat China.
Selain itu, ujar dia, sejumlah 664 Unit Pengolahan Ikan (UPI) telah terdaftar sebagai eksportir di negara tersebut. Berdasarkan data dari China Custom Data, lanjutnya, Indonesia menduduki peringkat ke-4 negara eksportir hasil perikanan tertinggi ke Negeri Tirai Bambu tersebut pada Januari-Mei 2020.
"Kinerja sektor perikanan di semester I tahun 2020 menunjukkan grafik yang menggembirakan, seperti kenaikan nilai ekspor tercatat 6,9 persen atau senilai 2,4 miliar dolar AS dibanding periode yang sama di tahun 2019. Sedangkan nilai impor semester I Tahun 2020 sebesar 0,2 miliar dolar atau turun 5,9 persen dibanding periode yang sama di tahun 2019," paparnya.