Jakarta (ANTARA) - Rektor Universitas Terbuka (UT) Prof Ojat Darojat mengatakan mispersepsi atau salah pandangan dalam menerapkan pendidikan jarak jauh (PJJ) membuat pembelajaran tidak efektif.
“PJJ selama pandemi banyak dikeluhkan kurang efektif, hal itu dikarenakan mispersepsi mengenai PJJ itu sendiri. Banyak yang menganggap jika menggunakan aplikasi telekonferensi seperti Zoom, Google Classroom, dan lainnya itu disebut sudah melakukan PJJ,” ujar Ojat dalam pertemuan daring antara Rektor dengan Mahasiswa Program Studi Sistem Informasi dan Teknologi Pendidikan jalur beasiswa SNMPTN 2020 yang dipantau di Jakarta, Senin.
Padahal yang dilakukan tersebut hanya salah satu moda dalam PJJ yakni sinkronus atau diselenggarakan secara langsung. PJJ tidak hanya bisa dilakukan secara sinkronus tetapi juga asinkronus atau tidak langsung.
“Mereka tidak paham dalam penyelenggaraan PJJ, sehingga tidak begitu efektif. Ditambah lagi tidak memiliki pengetahuan yang baik mengenai teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Apa yang banyak dilakukan kampus dan sekolah selama pandemi COVID-19 itu hanya pembelajaran darurat,” tambah dia.
Selain itu, para pengajar juga belum memiliki pemahaman dan keterampilan untuk menyelenggarakan PJJ dan juga bahan yang diberikan belum disesuaikan untuk PJJ, melainkan tatap muka.
Dia menambahkan ketidakefektifan pembelajaran selama masa pandemi COVID-19 tersebut, memiliki dampaknya berkurangnya motivasi baik siswa maupun mahasiswa dalam belajar.
Ojat mengakui bahwa mispersepsi tersebut wajar terjadi, karena banyak sekolah dan kampus yang tidak memiliki pengalaman dalam penyelenggaraan PJJ. PJJ sejatinya harus mengikuti norma etika dan juga kriteria mutu yang sudah ditetapkan.
Ke depan, Ojat mengatakan UT berkomitmen membantu perguruan tinggi lainnya dalam menyelenggarakan PJJ. UT juga mengoptimalkan peran sebagai universitas siber dan menjadi rujukan dalam penyelenggaraan pendidikan jarak jauh.