Jakarta (ANTARA) - Ngopi merupakan salah satu tren gaya hidup masa kini yang semakin banyak peminatnya. Hal ini tercermin dari semakin maraknya coffee shop yang berlomba-lomba menawarkan berbagai jenis minuman kopi.
Di balik fenomena ini, ternyata terdapat ancaman bagi kelestarian lingkungan. Hal ini terkait dengan penggunaan kemasan plastik yang digunakan sebagai wadah makanan dan minuman.
Sampah kemasan yang terbuat dari plastik merupakan sampah yang banyak dihasilkan oleh manusia dan berpotensi mengganggu kelestarian lingkungan.
World Economic Forum 2020 memperkirakan jumlah sampah plastik akan membengkak dari 260 juta ton menjadi 460 juta ton per tahun pada tahun 2030.
Untuk menekan penggunaan kemasan plastik, salah satu bahan alternatif yang dipilih adalah kertas. Sayangnya, kertas kemasan makanan dan minuman yang saat ini banyak digunakan seringkali mengandung lapisan plastik di bagian dalamnya yang berfungsi untuk menahan air ataupun cairan agar tidak tembus ke kertas.
Proses pemisahan kertas dari lapisan plastik memiliki tingkat kesulitan tinggi, karenanya hal ini justru dapat menjadi ancaman lain bagi kelangsungan lingkungan. Dengan semakin meningkatnya tren ngopi di kalangan kaum muda Indonesia, bukan tidak mungkin, penggunaan gelas kertas yang berlapis plastik akan turut meningkat ke depannya.
Gelas kertas
United Nation Environment Program (UNEP) memprediksi pada tahun 2050 akan ada lebih banyak plastik di lautan daripada jumlah ikan. Kebanyakan plastik tidak dapat terurai secara hayati, ujar Founder The Earthkeeper Indonesia Teguh Handoko dalam diskusi virtual, Kamis.
Dibutuhkan lebih dari 400 tahun untuk plastik terdegradasi, dan itu pun sebenarnya tidak pernah sepenuhnya terdegradasi, melainkan menjadi potongan-potongan kecil yang akhirnya dapat mengkontaminasi kehidupan laut dan membahayakan manusia.
Tingginya jumlah sampah plastik tak terlepas dari gaya hidup masyarakat yang menggunakan plastik untuk mengemas makanan dan minuman.
"Salah satu industri yang banyak menggunakan kemasan plastik adalah coffee shop. Memang tak semua makanan dan minuman dikemas atau disajikan dalam kemasan plastik, ada juga yang dikemas menggunakan wadah atau gelas kertas. Akan tetapi, kebanyakan gelas kertas yang beredar di Indonesia saat ini masih menggunakan lapisan plastik,” ujar Teguh.
Jajak pendapat yang digelar oleh The Earthkeeper Indonesia terhadap penikmat kopi di Jakarta menunjukkan bahwa 6 dari 10 orang partisipan mengaku mengunjungi coffee shop kesayangannya sedikitnya sekali dalam seminggu untuk menikmati kopi.
Dalam seminggu, mayoritas partisipan pun mengaku menggunakan atau menyumbang setidaknya 1 hingga 2 sampah gelas plastik saat membeli es kopi kesukaannya. Kebanyakan dari mereka mengaku tidak memilah antara sampah organik dan non-organik saat membuang kemasan kopinya dikarenakan tidak mengetahui mengenai prosedur membuang sampah yang baik dan benar.
Sementara itu, di seluruh dunia setiap tahunnya terjadi peningkatan produksi gelas kertas sebesar 3 hingga lima persen dengan tingkat pertumbuhan tertinggi terjadi di kawasan Asia Pasifik. Sayangnya lebih dari 320 miliar cangkir kertas yang diproduksi di seluruh dunia setiap tahunnya, kurang dari 1 persen yang berhasil didaur ulang karena sulitnya proses pemisahan kertas dengan lapisan plastik yang menempel pada gelas kertas.
Product Manager Foopak, Asia Pulp & Paper, Benny Chiadarma menjelaskan data yang diperoleh Foopak dari LIPI menunjukkan bahwa 96 persen penyedia jasa pesan antar makanan di Indonesia menggunakan kemasan plastik.
"Untuk mewujudkan komitmen kami dalam menghadirkan kemasan yang lebih ramah lingkungan, Asia Pulp & Paper (APP) Sinar Mas menghadirkan inovasi terbaru yaitu Foopak Bio Natura yang merupakan kertas khusus untuk makanan minuman yang plastic-free, dapat didaur ulang (recyclable) dan dijadikan kompos (compostable) baik melalui proses industri maupun di rumah," kata Benny.
Benny menjelaskan Foopak Bio Natura juga terjamin food grade, tahan panas (microwaveable dan ovenable) dan hanya menggunakan bahan kertas berkualitas dari kawasan Hutan Tanaman Industri (HTI) yang rantai pasokannya juga sudah tersertifikasi baik nasional maupun internasional.
Hanya menggunakan lapisan berbahan dasar air, Foopak Bio Natura memiliki kemampuan untuk didaur ulang tanpa perlakuan khusus. Foopak Bio Natura juga telah terbukti lebih mudah diolah kembali menjadi kertas daur ulang serta lebih cepat menjadi kompos (kurang lebih 12 – 24 minggu) baik melalui proses industri maupun rumahan.
Selain lebih ramah lingkungan, produk kemasan Foopak Bio Natura juga teruji steril dari senyawa berbahaya dan bebas PFAS, Foopak juga senantiasa menjamin kehalalan produknya dengan melakukan monitoring ketat mulai dari bahan baku yang digunakan, alat produksi yang digunakan, cara penyimpanan, hingga distribusi.
Di sisi lain, Anomali Coffee sebagai kurator kopi Indonesia yang digemari penikmat kopi khususnya kalangan muda Tanah Air, memanfaatkan pangsa pasarnya untuk membantu mengedukasi masyarakat Indonesia mengenai pentingnya menjadi pribadi yang lebih peduli terhadap lingkungan.
Rezha Ahmad, selaku Business Development Anomali Coffee mengatakan “Anomali selalu berkomitmen dalam mendukung upaya pelestarian lingkungan dengan menimimalkan penggunaan plastik dan menggunakan kemasan kertas."
Kolaborasi
Bertepatan dengan momen kemerdekaan Republik Indonesia ke-76, tiga institusi pioneer di bidangnya masing-masing, yaitu Foopak Bio Natura (produsen kertas kemasan makanan dan minuman), Anomali Coffee (perusahaan F&B yang menjadi kurator kopi Nusantara), dan Earth Keepers Indonesia (organisasi pemerhati lingkungan), berinisiatif menghadirkan gerakan #NgopiMembumi yang bertujuan untuk membantu mewujudkan cita-cita memerdekakan Indonesia dari sampah plastik dengan cara menyatukan gaya hidup membumi dengan gaya hidup ngopi melalui penggunaan kemasan makanan dan minuman yang bebas plastik, dapat didaur ulang, compostable dan biodegradable pertama di Indonesia.
Melalui kolaborasi #NgopiMembumi, Anomali Coffee menjadi pelaku industri F&B pertama di Indonesia yang menggunakan kemasan makanan dan minuman yang bebas plastik, dapat didaur ulang, compostable dan biodegradable.
"Dengan langkah ini, kami ingin menunjukkan pada masyarakat luas khususnya kaum muda penikmat kopi bahwa gaya hidup yang ramah lingkungan sangat mudah untuk diterapkan dalam kehidupan kita sehari-hari, dan dapat dimulai dari hal-hal sederhana seperti menggunakan kemasan makanan dan minuman yang lebih mudah dan cepat untuk didaur ulang dan dijadikan kompos,” kata Rezha.
Melalui kolaborasi ini, Foopak Bio Natura, Anomali Coffee dan The Earthkeeper Indonesia ingin mendorong penggunaan kemasan makanan dan minuman yang lebih mudah diolah kembali menjadi kertas daur ulang serta lebih cepat menjadi kompos sebagai solusi terhadap permasalahan rendahnya tingkat daur ulang gelas kertas di Indonesia.
Ketiga kolaborator berharap masyarakat Indonesia, khususnya penikmat kopi dan pelaku bisnis kuliner untuk dapat ikut berperan aktif dalam menerapkan gaya hidup yang lebih bertanggung jawab dan ramah lingkungan demi terwujudnya Indonesia yang merdeka dari sampah plastik.