Jakarta (ANTARA) - Mengenakan masker ganda masih menjadi rekomendasi dalam pencegahan penularan COVID-19 meskipun kasus semakin terkendali, demikian epidemiolog dari Universitas Hasanuddin, Prof. Dr. Ridwan Amiruddin.
Hal ini salah satunya terkait hadirnya varian Delta yang dikategorikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai variant of concern. Varian ini diketahui sangat menular, menyebar dengan cepat dan membuat vaksin COVID-19 serta pengobatan antibodi monoklonal jadi kurang efektif untuk melawannya.
"Untuk varian yang ada sekarang 100 persen varian Delta, sebaiknya bermasker ganda. Meski kecenderungan menunjukkan kasus semakin terkendali dengan posititivity rate (rasio positif) sekira 5 persen," kata Ridwan kepada ANTARA, Senin.
Ridwan juga menyarankan mereka yang sudah divaksin lengkap tetap mengenakan masker ganda, terutama saat berada di ruangan tertutup dengan potensi penularan tinggi.
"Bila berada di ruang tertutup dengan potensi penularan tinggi meski tetap dobel masker meski (sudah mendapatkan) vaksin lengkap," ujar Ketua Perhimpunan Sarjana dan Profesional Kesehatan Masyarakat Indonesia (PERSAKMI) itu.
Sementara pada area terbuka atau luar ruang, orang-orang termasuk yang sudah disuntik vaksin tetap disarankan mengenakan masker meskipun hanya masker bedah.
Menurut Ridwan, saat ini orang-orang-orang perlu mengambil sikap lebih hati-hati termasuk dalam hal mengenakan masker meskipun kasus sudah terkendali. Mereka juga disarankan menerapkan protokol kesehatan lainnya yakni mencuci tangan rutin, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas secara konsisten.
Sementara di sisi lain, pemerintah juga perlu tetap konsisten menjaga program 3T (testing, tracing, treatment atau tes, telusur, terapi) dan meningkatkan cakupan vaksinasi.
Laman covid19.go.id pada 12 September 2021 mencatat sebanyak 72.766.195 orang sudah mendapatkan vaksinasi pertama dan 41.734.734 orang untuk vaksinasi kedua dari target sasaran vaksinasi nasional sebanyak 208.265.720 orang.
Pentingnya masker
Masker khususnya masker bedah terbukti melindungi pemakainya dan orang-orang di sekitar. Pakar perawatan paru di Cleveland Clinic, Joseph Khabbaza, M.D., seperti dikutip dari Prevention mengatakan, masker membuat tetesan pernapasan yang bisa mengandung virus keluar dari hidung atau mulut seseorang keluar dan masuk ke hidung, mulut, atau mata penerima menjadi lebih sulit.
Studi melibatkan warga Bangladesh pada Januari 2021 memperlihatkan benda ini mengurangi penyebaran COVID-19 asalkan orang-orang tetap patuh pada protokol kesehatan lain termasuk menjaga jarak sosial.
Seperti dikutip dari laman WebMD, di desa yang warganya menggunakan masker bedah, kasus COVID-19 yang ditemukan sekitar 11 persen lebih sedikit dibandingkan desa yang warganya tidak menggunakan masker. Sementara, pada desa dengan warga yang mengenakan masker kain, risiko infeksi berkurang 5 persen.
Berdasarkan pengujian, masker kain hanya menyaring sekitar 37 persen partikel virus, sedangkan masker bedah tiga lapis bisa sampai 95 persen.
Sementara masker ganda yakni masker bedah sebagai lapis pertama dan masker kain pada lapis kedua memungkinkan hidung dan mulut tertutup lebih baik. Faktanya, seperti dikutip dari Healthline, beberapa masker tidak pas di wajah sehingga tidak hanya memungkinkan tetesan pernapasan yang mengandung virus keluar dari masker tetapi juga memungkinkannya masuk. Masker ganda dapat membantu mencegah hal ini terjadi.
Masker juga diperlukan saat seseorang berada di sarana transportasi umum seperti pesawat, bus, kereta api, dan transportasi umum lainnya serta tempat-tempat umum seperti rumah sakit.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) juga merekomendasikan orang-orang memakai masker di luar ruangan yang ramai dan saat berkontak dekat dengan orang yang belum divaksinasi.
Cegah kasus baru
Kasus baru COVID-19 bisa dicegah, salah satunya melalui penerapan protokol kesehatan secara konsisten termasuk mengenakan masker. Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan, hal ini juga berlaku pada mereka yang terlanjur positif COVID-19 demi membantu menurunkan penularan di lingkungan sekitar mereka.
"Penerapan 3M. Kalau seseorang positif COVID-19 dan dia pakai masker dan menjaga jarak maka tentu kemungkinan menularkan penyakit menjadi agak lebih kecil, walaupun harusnya tentu diisolasi dan dikarantina," kata dia yang pernah menjabat sebagai Direktur WHO Asia Tenggara dan Dirjen P2P & Kepala Balitbangkes itu.
Lebih lanjut terkait upaya mencegah munculnya kasus baru, Tjandra menyarankan adanya upaya meningkatkan daya proteksi orang yang akan mungkin tertular. Dua upaya yang bisa dilakukan yakni vaksinasi dan melakukan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) serta CERDIK yang merupakan akronim dari Cek kesehatan berkala, Enyahkan asap rokok dan kebiasaan tidak sehat lainnya, Rajin berolahraga, Diet yang baik dan seimbang, Istirahat yang cukup dan Kelola stres.
Hal ini juga dibarengi dengan upaya 3T termasuk isolasi dilakukan maksimal untuk menemukan mereka yang positif COVID-19 di masyarakat, walaupun tanpa gejala sekalipun.
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) juga berperan dalam menekan kasus baru COVID-19. Tjandra mengatakan, pengetatan dan pelonggaran perlu dilakukan secara amat bertahap dan berhati-hati dengan memprioritaskan aspek perlindungan kesehatan masyarakat.
Jadi, patuh menerapkan protokol kesehatan termasuk mengenakan masker ganda masih menjadi hal penting di masa pandemi saat ini sekalipun kasus baru melandai. Di sisi lain, 3T hingga PPKM juga bisa menjadi upaya mencegah kasus baru COVID-19.