Jakarta (ANTARA) - Peneliti herpetologi dari Pusat Riset Biologi Badan Riset dan Inovasi (BRIN) Amir Hamidy beserta tim berhasil mengidentifikasi dua katak jenis baru dari Sumatera, yaitu katak-tanduk sumatera-selatan (Megophrys selatanensis) dan katak-tanduk aceh (Megophrys acehensis).
"Setiap spesies Megophrys di Sumatera kemungkinan memiliki distribusi terbatas," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima ANTARA di Jakarta, Senin.
Amir mengatakan dari lima jenis yang terdapat di Sumatera, empat di antaranya merupakan jenis endemik.
Selain endemik, marga Megophrys ditemukan di hutan dataran tinggi dan rendah.
Menurut dia, perubahan habitat dari hutan menjadi lahan pertanian dan perkebunan sawit merupakan ancaman terbesar terhadap kelestarian katak jenis itu.
Selain itu, katak dari genus Megophrys memiliki keragaman morfologi yang samar.
Dua jenis baru Megophrys dari Sumatera tersebut berhasil diidentifikasi berdasarkan evaluasi status taksonomi dengan menggunakan data molekuler dan morfologi.
Saat melakukan survei herpetofauna di seluruh jajaran Pegunungan Bukit Barisan Sumatera, peneliti menemukan populasi Megophrys Sumatera bagian selatan dengan kulit punggung halus yang secara morfologis mirip dengan M. montana dari Jawa dan populasi yang menyerupai kulit punggung M. parallela dari Sumatera bagian utara.
Amir bekerja sama dengan para kolaboratornya yakni Kanto Nishikawa dari Universitas Kyoto, Jepang dan Eric N Smith dari Universitas Texas at Arlington, AS dalam mengidentifikasi spesies baru itu.
Salah satu anggota tim yang mengidentifikasi spesies tersebut, Misbahul Munir, yang juga menjadi penulis pertama dalam penemuan itu, menuturkan katak-tanduk yang sering dikenal dengan nama ilmiah marga Megophrys memiliki karakter unik, di mana ujung moncong dan kelopak matanya termodifikasi menjadi tonjolan lancip (menyerupai tanduk).
Mahasiswa S3 di Universitas Kyoto di Jepang itu mengatakan berudu dari marga Megophrys juga memiliki karakter unik di mana mulutnya termodifikasi menjadi bentuk corong yang melebar.
Saat ini, 13 spesies Megophrys diketahui terdapat di Asia Tenggara, antara lain Thailand, Semenanjung Malaysia, Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Filipina.
Kalimantan memegang rekor tertinggi karena enam spesies di antaranya ditemukan di pulau itu.
Pada 2018 Amir beserta tim berhasil mengidentifikasi latak-tanduk lancip (Megophrys lancip) dari Sumatera, dan pada 2019 ditemukan Katak-tanduk Kalimantan (Megophrys kalimantanensis).
Berita Terkait
Dewan Adat minta BRIN kaji kembali pemindahan benda arkeolog Papua
Selasa, 17 September 2024 14:00
LMA: Benda arkeologi jati diri orang Papua harus dijaga
Jumat, 9 Agustus 2024 14:25
Tim Ahli Cagar Budaya Jayapura melakukan delineasi Gunung Srobu
Selasa, 9 April 2024 18:47
BRIN-BBKSDA Papua Barat inventarisasi keragaman anggrek di Pulau Batanta
Jumat, 25 Maret 2022 21:59
Peneliti BRIN: Potensi gempa megathrust Selat Sunda capai M 8,7
Selasa, 18 Januari 2022 17:03
ANTARA meraih penghargaan Media Massa Online Terbaik 2021 dari BRIN
Rabu, 15 Desember 2021 16:12
UMM tempati pendanaan pengabdian terbesar keempat Kemenristek
Kamis, 25 Februari 2021 14:33
Aplikasi COVID-19 UMM raih Penghargaan IDEAthon Kemenristek/BRIN
Senin, 11 Mei 2020 20:43