Kepala Seksi Survailen dan Imunisasi Dinkes Papua dr. Elianus Tabuni di Jayapura, Selasa, mengakui akibat kekhawatiran itu menyebabkan saat dilaksanakan imunisasi di sekolah maka orang tua melarang anaknya ke sekolah atau mendatangi puskesmas.
Itu merupakan tantangan dalam pelaksanaan BIAN sehingga ke akan terus memberikan pemahaman yang sudah terlanjur beredar di masyarakat bila imunisasi yang diberikan selama BIAN adalah campak-rubela dan bukan vaksin COVID-19.
Dalam pelaksanaan BIAN I, cakupan di Papua terendah setelah Sumatera Barat atau berada di nomor 36 dari 37 provinsi di Indonesia.
Target BIAN di Papua tercatat 792.523 anak yang berusia hingga 12 tahun dan yang diimunisasi baru 140.100 orang
Sedangkan target OPV tercatat 114.416 anak dan yang terealisasi baru 6.053 anak serta target IPV sebanyak 169.023 anak dan yang imunisasi 2.752 anak, jelas dr. Tabuni.
Dikatakan, dengan diperpanjang pelaksanaan BIAN secara nasional diharapkan cakupan di Papua dapat mencapai di atas 60 persen.
Karena itu pihaknya berharap para pemangku kepentingan senantiasa mensosialisasi manfaat imunisasi campak-rubela bagi anak sehingga masyarakat khususnya orang tua tidak takut bila di sekolah anaknya ada imunisasi.
Hal ini disebabkan selama Program BIAN selain diberikan imunisasi campak-rubela juga disertai pemberian dosis imunisasi polio dan DPT-HB-Hib yang terlewat.
"Mudah-mudahan dengan diperpanjangnya pelaksanaan BIAN maka makin banyak anak yang diimunisasi," harap dr. Tabuni.