Jayapura (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) Papua menyatakan Australia menjadi yang pertama dari empat terbesar negara tujuan ekspor dari Provinsi Papua senilai 3.178,13 juta dolar AS atau 54,08 persen.
Kepala BPS Papua Adriana Helena Carolina di Jayapura, Selasa, mengatakan urutan kedua Saudi Arabia 2.237,77 juta dolar AS atau 23,08 persen, kemudian Papua Nugini 236,11 atau 4,02 persen dan terakhir New Zeland 213,18 atau 3,63 persen.
“Pada Maret 2025 ekspor dari Provinsi Papua berupa ekspor nonmigas senilai 5876,50 juta dolar AS dan ekspor migas senilai 0,16 juta dolar AS,” katanya.
Menurut Adriana, sedangkan ekspor nonmigas terdiri dari ekspor kayu & barang dari kayu (HS44) senilai 5.623,66 juta dolar AS dan ekspor nonmigas lainnya sebesar 252,84 juta dolar AS.
“Berdasarkan pemantauan kami ekspor Papua pada Maret 2025 tercatat senilai 5.876,66 juta dolar AS atau turun 11,88 persen dibanding bulan sebelumnya yang senilai 6.668,70 juta dolar AS,” ujarnya.
Sementara itu Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan Setda Papua Setyo Wahyudi mengatakan Papua memiliki komoditas unggulan yang dapat dilakukan ekspor, seperti ikan, kopi, coklat dan beberapa produk kerajinan tangan.
“Namun perlu peningkatan lagi produksi agar keberlanjutan bisa terus terjadi,” katanya.
Menurut Setyo, untuk itu diharapkan kepada pelaku usaha agar terus meningkatkan kualitas dari produk-produk unggulan tersebut sembari menunggu pihak Pemerintah bersama instansi terkait yang mana secara perlahan mulai melakukan pembenahan agar bisa dilakukan pengiriman langsung ke negara tujuan.
"Yang rutin dilakukan ekspor ini baru kayu, ke depan akan menyusul ikan, lalu coklat dan kopi," ujarnya.
Dia menjelaskan potensi ekspor langsung ini sudah ada dan beberapa kali juga Provinsi Papua telah melakukan kegiatan ekspor, namun itu tidak langsung.
“Sehingga kami akan terus mendorong peningkatan produksi serta kualitas agar proses ekspor langsung bisa dilakukan,” katanya.