Nabire (Antara Papua) - Ketua DPRD Kota Jayapura Lievelyn Ansanay mendukung rencana pembangunan Pasar Youtefa di lokasi baru dengan catatan memperhatikan pemilik hak ulayat atas lahan di lokasi tersebut.
"Pada prinsipnya DPRD setuju pasar itu direlokasi ke lokasi yang baru, tetapi kita harus bicara sama-sama, terutama dengan pemilik hak ulayat lahan itu," kata Lievelyn Ansanay dihubungi dari Nabire, Rabu.
Pasar Youtefa yang berada di Kelurahan Whai Mhorock, Abepura rencananya akan dipindahkan ke lokasi baru yaitu di depan Lapangan Tembak Abepura.
Menurut Lievelyn Ansanay, rencana pembangunan pasar bukan kali ini saja mengemuka, tetapi anggota DPRD sebelumnya juga sudah membahasnya. Ia mengakui setiap pembangunan fisik pasti memberikan dampak positif dan negatif kepada masyarakat.
"Karena itu perlu analisis dampak lingkungan, konsultasi publik, sehingga dari sana diketahui apa yang harus dilakukan," ujarnya.
Meski demikian, kata dia, keberpihakan kepada masyarakat lokal yakni masyarakat Kampung Nafri, Tobati dan Engros perlu diperhatikan.
"Mereka ini adalah pemilik hak ulayat, mereka harus diberi ruang, diberi juga tempat khusus. Mereka juga akan merasakan dampaknya," ujarnya.
Dari segi biaya pembangunan, kata Politisi Partai Golkar itu, jika dibangun kembali di lokasi lama maka biayanya akan jauh lebih besar, jika dibandingkan dengan dibangun di lokasi baru.
Hal serupa disampaikan Ketua Pemuda Port Numbay Rudy Mebri bahwa pemerintah harus lebih serius melihat dampak yang akan muncul dari pembangunan pasar itu.
"Diharapkan agar Badan Lingkungan Hidup (BLH) setempat mengkaji lebih dalam terhadap dampak yang akan timbul terhadap kampung-kampung yang ada disekitarnya, baik Tobati, Nafri maupun Enggros," ujarnya.
Dia mengakui bahwa sebelum adanya pembangunan, daerah tersebut menjadi rumah istimewa bagi biota yang ada. Tetapi seiring munculnya pembangunan maka rumah biota yang dulu ramah terhadap lingkungan, kini menjadi rumah bencana.
Rudy menambahkan perlu keberpihakan terhadap orang asli sehingga Pasar Youtefa bisa menjadi contoh bagi pembangunan pasar lainnya di Kota Jayapura.
"Harus ada perhatian kepada penduduk asli khususnya di tiga kampung yaitu Nafri, Tobati dan Engros, sehingga mereka dapat meninkmati pembangunan pasar itu melalui pembagian los-los yang disiapkan, harus ada satu ruang terbuka untuk kami orang Papua," ujarnya. (*)