Timika (Antara Papua) - Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa menegaskan akan segera berkoordinasi dengan Kementerian Ristek dan Kementerian Pertanian untuk melakukan uji laboratorium terhadap tanaman pertanian masyarakat di tiga kabupaten wilayah pegunungan Papua yang mati terkena badai hujan salju.
"Musibah hujan salju merupakan hal spesifik dan mengakibatkan tanaman pertanian masyarakat seperti umbi-umbian membusuk sehingga tidak bisa dipanen. Ini memerlukan uji laboratorium," ujar Khofifah kepada wartawan di Timika, Rabu.
Pada Rabu pagi, Mensos Khofifah didampingi Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Anak Yohana Yembise sedianya akan bertolak menuju Distrik Kuyawage, Kabupaten Lanny Jaya, salah satu lokasi yang tertimpa badai hujan es terparah.
Namun rencana keberangkatan Mensos Khofifah bersama rombongan menuju Lanny Jaya batal dilakukan lantaran kondisi cuaca buruk.
Mensos Khofifah dan Menteri PPA Yohana akhirnya hanya berkesempatan mengunjungi Ilaga, ibu kota Kabupaten Puncak.
"Kondisi cuaca tidak memungkinkan untuk kami ke Kuyawage sehingga dialihkan ke Ilaga. Di sana kami bertemu Kepala Distrik (Camat) Agandugume dan menjelaskan soal terjadinya hujan salju di wilayahnya," jelas Khofifah.
Dari penjelasan Kdistrik Agandugume, katanya, fenomena hujan salju di wilayah pedalaman Papua merupakan siklus setiap 15 tahun sekali. Peristiwa cuaca ekstrim serupa pernah terjadi pada 1969, 1984, 1997 dan terakhir pada 5-10 Juli 2015.
"Fenomena hujan salju yang terjadi sekarang ini yang paling parah dampaknya," kata Khofifah.
Badai hujan salju tahun ini di Papua, katanya, melanda 21 kampung (desa) pada enam distrik di tiga kabupaten di Papua yaitu Puncak, Lanny Jaya dan Ndugama. Kondisi itu mengakibatkan sekitar 20.160 keluarga mengalami kesulitan bahan pangan lantaran tanaman pertanian mereka mengalami kekeringan dan pembusukan.
Tidak itu saja, sejumlah warga dilaporkan meninggal dunia.
Mensos Khofifah mengatakan Presiden Joko Widodo telah menginstruksikan agar dilakukan analisis mendalam terhadap fenomena badai hujan salju di Papua.
Presiden Joko Widodo juga menginstruksikan agar dilakukan penelitian terhadap tanaman pertanian yang bisa bertahan pada kondisi cuaca ekstrim dengan suhu minus sebagaimana melanda tiga kabupaten di pedalaman Papua itu baru-baru ini.
"Itu secara khusus diarahkan oleh Presiden. Kami sudah berkoordinasi dengan Ristek dan Kementerian Pertanian untuk segera melakukan sampling uji coba laboratorium kenapa hujan salju di Papua berakibat fatal terhadap tanaman pertanian yang menyebabkan gagal panen," jelasnya.
Menindaklanjuti instruksi Presiden tersebut, Mensos Khofifah telah mengajak Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman untuk merencanakan program-program strategis jangka panjang guna mengantisipasi dampak hujan salju di Papua.
"Ada tanaman yang ternyata bisa cocok ketika ada hujan salju yaitu kentang, wortel, dan kol. Solusinya adalah beberapa bibit tanaman misalnya ubi jalar (petatas) perlu diganti supaya bisa menghasilkan kualitas yang lebih baik. Tanaman wortel, kentang dan kol yang memang memiliki tingkat ketahanan terhadap hujan salju, budidayanya harus dimaksimalkan. Sehingga hal ini akan memenuhi kebutuhan produksi pertanian walaupun pada musim salju atau embun beku tiba," tutur Khofifah.
Selain itu, katanya, untuk mengantisipasi kekurangan bahan makanan jika sewaktu-waktu terjadi cuaca ekstrim cukup lama, maka perlu dibangun sebuah gudang untuk menyimpan stok kebutuhan pangan. Gudang tersebut harus disiapkan di seluruh kabupaten terdampak hujan salju.
"Daerah yang terkena dampak hujan salju itu semua membutuhkan gudang untuk menyimpan stok pangan mereka. Supaya nantinya mereka memiliki stok bahan makanan jika terjadi hujan salju," jelas Khofifah. (*)