Jayapura (Antara Papua) - Dinas Kesehatan Papua menggelar "coffe morning" dengan wartawan di Jayapura, di Rumah Makan Bambu Kuning, Ruko Dok II Jayapura, Papua, di Jayapura, Selasa.
Pada momentum itu, Kepala Dinas Kesehatan Papua drg Aloysius Giyai mengatakan "coffe morning" ini dilakukan menjalin tali kasih dengan insan pers.
Melalui acara itu juga, Aloysius menjelaskan empat faktor penyebab terjadinya penyakit.
Aloysius menyebutkan keempat faktor tersebut yakni faktor perilaku yang buruk, faktor lingkungan yang buruk, faktor pemerintah/pelayanan dari petugas kesehatan yang buruk dan faktor genetika.
"Salah satu perilaku orang Papua di kampung-kampung itu biasanya kalau sakit tidak mau ke Puskesmas, nanti sakit sampe sudah pingsan atau sudah minta darah di tempat baru cari mantri dimana, suster dimana dan Puskesmas di mana," ujarnya.
Meski demikian, lanjut dia, dua faktor yang paling dominan menyebabkan masyarakat sakit yaitu faktor perilaku dan faktor lingkungan.
Sosial budaya masyarakat Papua juga merupakan bagian dari faktor perlilaku, semisal tidak membiasakan diri cuci tangan sewaktu makan.
Ia mengatakan, faktor lingkungan yang buruk misalnya menjaga wibawanya sehingga tidak mau membawa diri ke puskesmas atau rumah sakit tidak mau kompromi.
"Faktor lingkungan 40 persen dan dominan dalam hidup kita, faktor perilaku 30 persen mungkin karena petugas kesehatannya lalai atau peralatannya terbatas atau tidak memadai, atau tempat pelayanan kesehatannya tidak memadai, mendorong kesehatan menurun," ujarnya.
Faktor ketiga adalah pemerintah yakni karena petugas kesehatan atau praktisi kesehatan yang selalu didengung-dengungkan selalu tidak berada ditempat sehingga pelayanan kesehatan tidak dilakukan.
Pelayanan kesehatan baik itu konsumen maupun provaider (petugas kesehatan.red) mulai dari dokter, bidan, dan perawat bahkan kader-kader Posyandu di kampung-kampung.
"Kalau semua ini tidak mengetahui tugas dan perannya maka ikut mendorong faktor lingkungan yang kurang baik," ujarnya.
Faktor yang keempat yaitu faktor genetika atau keturunan tapi cuma 10 persen, penyakit keturunan yang diturunkan.
"Kalau bapaknya mengalami penyakit DBD, penyakit gula dan TB berarti cenderung menular ke anaknya," tambah dia.
Dari pantauan, "coffe morning" itu juga dihadiri oleh mitra kerja Dinas Kesehatan Papua di antaranya Unit Percepatan Pembangunan Kesehatan Papua dan tim penggerak PKK setempat.
Sebanyak 30 orang wartawan baik media cetak, maupun media elektronik, baik lokal, nasional maupun internasional di Kota Jayapura, mengikuti "coffe morning" tersebut. (*)