Timika (Antara Papua) - Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK) menggalang kemitraan dengan berbagai pihak untuk membangun dan meningkatkan kualitas kesejahteraan masyarakat lokal Suku Amungme dan Kamoro serta lima suku kekerabatan lainnya di Kabupaten Mimika, Provinsi Papua.
"Kami ingin lebih mengedepankan kemitraan yang bersinergi dengan berbagai pihak terutama pemerintah daerah, pihak swasta, organisasi sosial maupun TNI dan Polri. Hanya dangan cara itu kita bisa meningkatkan kualitas hidup masyarakat asli di Mimika," kata Sekretaris Eksekutif LPMAK Abraham Timang, Selasa.
Abraham mengatakan tantangan yang dihadapi LPMAK saat ini semakin berat. Apalagi tahun ini kucuran dana kemitraan dari PT Freeport Indonesia menurun drastis dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Penurunan alokasi dana kemitraan dari Freeport tersebut akibat berkurangnya kapasitas ekspor bijih tembaga dan emas ke luar negeri menyusul terbitnya kebijakan yang mewajibkan seluruh perusahaan pertambangan agar membangun industri smelter di dalam negeri.
"Penurunan drastis dana kemitraan dari PT Freeport jelas mempengaruhi sejumlah program LPMAK. Ada kegiatan yang terpaksa kami tunda," jelas Abraham.
Ia mengatakan program-program yang selama ini dikembangkan oleh LPMAK dalam bidang pendidikan, kesehatan, pemberdayaan ekonomi masyarakat perlu dievaluasi kembali, apakah sudah menjawab kebutuhan masyarakat lokal dan telah meningkatkan kemandirian mereka atau belum.
"Jika terdapat kekurangan dalam pelaksanaan program-program itu, mari kita benahi. Kami juga mengharapkan dukungan dari lembaga adat (Lembagai Musyawarah Adat Suku Amungme/Lemasa dan Lembaga Musyawarah Adat Suku Kamoro/Lemasko) serta gereja-gereja di Mimika," ujar Abraham.
Pada Senin (18/4), LPMAK menggelar syukuran memperingati 20 tahun program dana kemitraan PT Freeport untuk pengembangan masyarakat Suku Amungme dan Kamoro serta lima suku kekerabatan lainnya di Kabupaten Mimika.
Program dana kemitraan dari PT Freeport tersebut dulunya dikenal dengan istilah dana satu persen. Program tersebut dikucurkan sejak 16 April 1996 dengan memberikan 1 persen pendapatan kotor PT Freeport untuk pemberdayaan masyarakat lokal di sekitar area pertambangan.
Lembaga yang mengelola dana kemitraan dari PT Freeport tersebut semula bernama Pengembangan Wilayah Timika Terpadu (PWT2), kemudian pada 1998-2000 diubah menjadi Lembaga Pengembangan Masyarakat Irian Jaya (LPM-Irja) dan selanjutnya sejak Oktober 2002 lembaga tersebut berubah nama menjadi LPMAK hingga sekarang.
Pada peringatan 20 tahun program dana kemitraan dari PT Freeport tersebut, LPMAK memberikan piagam penghargaan kepada tiga tokoh yang berperan penting dalam pengelolaan dana kemitraan tersebut.
Mereka ialah Wamafma selaku Ketua PWT2, Yosep Yopi Kilangin selaku Direktur Eksekutif LPM-Irja dan John Nakiaya selaku Sekretaris Eksekutif LPMAK periode 2002-2010. (*)
Berita Terkait
Koops TNI Habema: Masyarakat Homeyo telah kembali dari pengungsian
Minggu, 19 Mei 2024 11:27
DKP Papua tingkatkan pemberdayaan ekonomi nelayan OAP di Biak Numfor
Minggu, 19 Mei 2024 7:44
28 atlet NPCI Jayapura ikuti seleksi renang menuju Peparnas XVII
Sabtu, 18 Mei 2024 23:55
Dispar harap Festival Budaya Biak jadi daya tarik wisatawan
Sabtu, 18 Mei 2024 23:53
Dishub Jayapura siapkan kapal wisata dukung aktivasi pariwisata
Sabtu, 18 Mei 2024 23:48
DLH Mimika minta seluruh masyarakat peduli jaga kebersihan lingkungan
Sabtu, 18 Mei 2024 23:45
Pemkab Jayapura minta PMI tingkatkan strategi pelayanan donor darah
Sabtu, 18 Mei 2024 23:43
Dishub Kota Jayapura siapkan Rp1 miliar perbaiki fasilitas Terminal Mesran
Sabtu, 18 Mei 2024 23:39