Jakarta (ANTARA) - Agus Suparmanto telah terpilih secara resmi sebagai Menteri Perdagangan Republik Indonesia periode 2019-2024 yang diumumkan oleh Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta, pada Rabu (23/10) pagi.
Sebelumnya, Agus menjadi salah satu tokoh yang mendatangi Istana Negara untuk memenuhi panggilan agar bergabung ke dalam jajaran kabinet kerja Joko Widodo jilid II pada Selasa (22/10).
Sama halnya dengan tokoh-tokoh lain yang dipanggil Presiden Jokowi sejak Senin (21/10), Agus Suparmanto tiba sekitar pukul 15.50 WIB dengan mengenakan kemeja berwarna putih dan celana hitam.
Setelah melambaikan tangan dan melemparkan senyum kepada awak media, Kader Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu langsung memasuki gedung dan meninggalkan kompleks Istana Kepresidenan sekitar pukul 18.50 WIB.
Sesaat sebelum meninggalkan lokasi, Agus menyempatkan diri untuk memberikan beberapa keterangan kepada rekan wartawan tentang hal-hal yang dibicarakannya bersama Presiden Jokowi yang berlangsung sekitar 3 jam tersebut.
Ia mengaku diberi tanggung jawab untuk menyelesaikan persoalan di bidang ekonomi yang berkaitan dengan komoditas dalam negeri, perdagangan luar negeri, dan internasional.
“Setelah pengarahan dari Bapak Presiden tadi ditugaskan ada unsur bidang ekonomi. Diskusi berkaitan dengan komoditas dalam negeri, perdagangan luar negeri, dan juga internasional,” katanya.
Agus juga diminta untuk menjalankan program Presiden dalam menggenjot ekspor dan neraca perdagangan Indonesia terhadap negara lain sehingga ekspor makin baik.
“Artinya, tetap dengan program Presiden kita akan memajukan komoditas dalam negeri sehingga ekspor kita baik. Berkaitan dengan apa yang bidang diekspor sehingga devisa kita meningkat,” katanya.
Ia pun sempat enggan menjawab ketika ditanya oleh wartawan terkait pos kementerian yang akan didudukinya, namun Agus dengan tegas memastikan bahwa ia merupakan calon pembantu presiden dari unsur partai.
“Kita lihat besok saja. Saya PKB,” ujarnya.
Agus adalah kader ketiga dari PKB yang dipanggil Jokowi untuk menjadi menteri setelah Ida Fauziyah dan Abdu Halim Iskandar.
Rekam Jejak
Agus Suparmanto merupakan seorang politikus yang berasal dari salah satu partai pendukung pasangan Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin dalam Pilpres 2019 yaitu Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Selain itu, ia juga menggeluti bidang olahraga dengan menjadi Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Anggar Seluruh Indonesia (PB IKASI) sebanyak dua periode yakni 2014-2018 dan 2018-2022.
Kembali terpilihnya Agus sebagai Ketum PB IKASI periode kedua merupakan secara aklamasi oleh 27 dari total 29 Pengurus Provinsi (Pengprov) Ikasi se-Indonesia yang hadir dalam acara Musyawarah Nasional (Munas) Ikasi yang digelar di Bali mulai 1 hingga 2 Desember 2018 lalu.
Dalam menjabat sebagai Ketum PB Ikasi, Agus bertekad untuk memajukan cabang olahraga anggar dengan menyediakan sarana prasarana dan pelatih untuk setiap daerah.
“Jika orang tertarik untuk terjun pada dunia anggar namun tidak ada tempat latihan, atau sebaliknya, tempat latihan ada tapi tidak ada pelatihnya, tentu itu akan menjadi hambatan bagi pembibitan calon-calon atlet baru. Ke depannya kita akan membenahi hal tersebut,” katanya pada Minggu (2/12/2018).
Selain aktif di dunia politik dan olahraga, Agus Suparmanto juga merupakan seorang pengusaha sukses dengan menjadi Direktur Utama PT Galangan Manggar Biliton (GMB) yang beroperasi di Bangka Belitung di mana pakar hukum tata negara Yusril Ihza Mahendra turut berada di salah satu jajaran pimpinan.
Pada 2016 GMB mempunyai proyek pembangunan dok kapal di Manggar yakni tepatnya di pinggir aliran sungai Manggar, Belitung Timur, yang dikerjakan dengan menggandeng anak usaha PT Timah Tbk, yaitu PT Dok dan Perkapalan Air Kantung (PT DAK).
Tugas Baru Menanti
Presiden Jokowi pada Rabu (23/10) akhirnya menunjuk Agus Suparmanto untuk menempati posisi Menteri Perdagangan Republik Indonesia yaitu merupakan sebuah jabatan yang belum pernah ia geluti sebelumnya.
Meski demikian, Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional (PPI) Kementerian Perdagangan Iman Pambagyo mengatakan bahwa agenda Mendag yang baru dipastikan telah padat menanti sampai November 2019.
Iman menuturkan Menteri Perdagangan baru harus segera bersiap untuk pertemuan tingkat menteri Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) Ministrial Meeting.
Iman menjelaskan hal pertama yang akan ia laporkan pada Menteri Perdagangan adalah jadwal pertemuan tingkat menteri, terutama menyangkut perundingan internasional.
"Tentunya hal yang akan saya laporkan kepada menteri perdagangan di kabinet periode kedua ini adalah 'schedule' pertemuan menteri-menteri RCEP. Saya harus mempersiapkan beliau dalam beberapa hari,” katanya di Jakarta, Selasa (22/10).
Agus sebagai Menteri Perdagangan yang baru akan menghadiri KTT ke-35 ASEAN di Bangkok pada 31 Oktober hingga 4 November dan perundingan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) Ministrial Meeting pada 4 November di Bangkok.
Perundingan RCEP melibatkan 16 negara yang akan membantu Indonesia dalam upaya meningkatkan kinerja ekspor.
Kerja sama ini telah memakan waktu lebih dari tujuh tahun karena adanya hambatan seperti perbedaan kepentingan serta karakter negara anggota yang juga bersinggungan dengan pakta kerja sama lain.
Selain itu, Agus juga telah dijadwalkan untuk menghadiri APEC Ministrial Meeting pada 13-14 November dan APEC Economic Leaders' Meeting pada 16-17 Nevember 2019 di Santiago serta pertemuan menteri di Shanghai serta ASEAN-Korea Commemorative Summit di Busan, Korea Selatan pada akhir November.
"Jadi mungkin Menteri Perdagangan kita dari Bangkok, berakhir di Shanghai, lalu akhir November ada ASEAN-Korea Summit di Busan. Yang pertama harus 'fix schedule' terlebih dahulu,” ujar Iman.
Tak hanya itu, Agus Suparmanto juga harus bisa mempertahankan beberapa capaian yang telah dicetak oleh Kementerian Perdagangan selama pemerintahan Jokowi 5 tahun sebelumnya, seperti yang telah dijelaskan pada akun instagram resmi @kemendag pada Sabtu (19/20).
“Selama 5 tahun, Kemendag terus membangun bangsa sesuai 3 mandat Presiden. Mandat pertama, yaitu menjaga stabilisasi harga barang kebutuhan pokok," tulis akun tersebut.
Berdasarkan data Kemendag, inflasi turun dari 8,36 persen pada 2014 menjadi 2,36 persen pada Juli 2019. Lalu, tingkat konsumsi masyarakat naik yang semula 4,96 persen pada 2015 menjadi 5,1 persen pada semester pertama 2019.
Kedua, keseimbangan neraca perdagangan untuk nonmigas dari Januari hingga September 2019 tercatat surplus 4,4 miliar dolar AS dan kinerja ekspor Indonesia meningkat dari 150,3 juta dolar AS pada 2015 menjadi 180 juta dolar AS 2018.
Kemendag juga telah menandatangani 15 perjanjian perdagangan bebas baik di tingkat bilateral maupun regional.
"Kemendag telah melakukan pengamanan perdagangan, misi dagang, percepatan pelayanan digital dan menggelar Trade Expo Indonesia (TEI) untuk menggenjot ekspor,” tulisnya.
Transaksi di TEI sendiri terus tumbuh sejak digelar pada 2016 yaitu meningkat 5 kali lipat dari 1,48 miliar dolar AS menjadi 8,48 miliar dolar AS pada 2018.
Kemendag juga berhasil mengamankan nilai ekspor perdagangan Indonesia sebesar USD 1,7 miliar dolar AS di 6 negara selama Januari hingga Oktober 2019.
"Kemendag melakukan memiliki FTA Center dan kantor perwakilan perdagangan di luar negeri yang dapat menfasilitasi pelaku usaha untuk memperoleh informasi tentang perjanjian perdagangan, peluang pasar, dan membantu pertemuan bisnis guna menggenjot ekspor Indonesia,” tulisnya.
Ketiga, mandat tentang revitalisasi pasar rakyat yang sepanjang 2015 hingga 2018 telah dibangun sekitar 4.168 pasar rakyat sehingga kenaikan omzet pedagang naik 21,8 persen. Sementara untuk 2019, Kemendag ditargetkan bisa membangun 1.079 lagi pasar rakyat.
“Semoga apa yang telah dilakukan pemerintah saat ini akan menjadi fondasi kebijakan untuk mempersiapkan bangsa Indonesia yang lebih maju lagi ke depan,” tulis akun @kemendag.
Sedangkan menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor Indonesia Januari–September 2019 mencapai 124,17 miliar dolar AS atau menurun 8,00 persen dibanding periode yang sama 2018, demikian juga ekspor nonmigas mencapai 114,75 miliar dolar AS atau menurun 6,22 persen.
Sementara itu, Nilai impor semua golongan penggunaan barang baik barang konsumsi, bahan baku atau penolong, dan barang modal selama Januari hingga September 2019 mengalami penurunan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yaitu masing-masing 8,77 persen; 10,22 persen; dan 4,13 persen.
Sedangkan neraca perdagangan dari Januari hingga September 2019 defisit mencapai 1,94 miliar dolar AS yang lebih baik dibanding periode sama pada 2018 yakni defisit 3,81 miliar dolar AS.