Denpasar (ANTARA) - Hanya didominasi ukiran khas Bali dan nyaris tidak ada kubah/menara sebagai kekhasan arsitektur masjid pada lazimnya, namun justru ukiran itu mengitari pintu gerbang (gapura) dan dinding luar-dalam dari Masjid Al-Hikmah di Jalan Soka Nomor 18, Desa Kesiman, Banjar Kertalangu, Kecamatan Denpasar Timur, Kota Denpasar, Bali, sehingga sepintas terlihat seperti bangunan puri, bukan masjid.
Ya, ukiran khas Bali yang digarap seniman Denpasar dan Klungkung dengan nuansa arsitektur dari pulau dengan mayoritas pemeluk Hindu menjadikannya masjid yang berkapasitas 400-500 orang itu tampak unik hingga menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan dan umat Hindu di sekitarnya.
"Ada wisatawan dari China, Jerman, dan negara lain yang menjadikan masjid ini sebagai saksi mereka untuk masuk Islam. Sering pula, masjid ini menjadi tempat akad nikah. Orang asing yang datang ke sini juga tak jarang yang mengabadikan arsitektur masjid melalui video," ucap marbot Masjid Al Hikmah, Soka, Denpasar, Sauzi.
Muazin (tukang azan) di Masjid Al Hikmah yang berasal dari Jember, Jawa Timur, mengaku masjid yang dibangun tahun 1978 dan mulai "berwajah" Bali pada tahun 1994-1995 itu juga menjadi daya tarik bagi umat Hindu di Bali sendiri, karena keindahan "akulturasi" budaya di situ.
"Kalau ada acara pengajian dalam rangka peringatan Hari Besar Islam, pengurus Masjid Al Hikmah juga sering mengundang pemerintah dan masyarakat Hindu. Ada umat Hindu yang bilang : bagus ya, saya baru pertama kali masuk masjid. Umat Hindu lainnya pun bilang : masjid ini mirip masuk puri (kastel/benteng) ya," tuturnya, mengutip respons beberapa umat Hindu tentang masjid itu.
Oleh karena itu, ujarnya, masjid yang sering memenangi lomba arsitektur dan kini memiliki lembaga pendidikan anak usia dini, yakni taman kanak-kanak (TK) dan taman pendidikan Al Qur'an (TPQ) dengan siswa sebanyak 100 anak itu, mendapat respons positif dari umat Hindu di lingkungan masjid dan Bali pada umumnya.
"Mungkin sedikit perubahan yang dilakukan adalah bentuk barong di pintu masuk masjid yang diganti bunga teratai, karena simbol-simbol makhluk hidup memang tidak boleh ada di dalam tempat ibadah," ujar Sauzi, sembari menunjukkan simbol bunga teratai yang dimaksud di pintu masuk masjid itu, dalam perbincangan di teras masjid, 18 Juli 2020.
Masjid unik yang berdiri di atas tanah seluas 300 meter persegi dengan luas bangunan 250 meter persegi itu tidak hanya memiliki ruang belajar (TK/TPQ), namun juga ada perpustakaan, mobil ambulans, dan sarana pengurusan jenazah, serta menjadi pusat kegiatan masyarakat untuk ibadah (Sholat Jumat/Sholat Hari Raya), dan untuk pengajian serta pemberdayaan zakat/infaq.
Cinta Seni Bali
Kesaksian Sauzi itu juga ditambahi oleh salah seorang pengurus Yayasan Masjid Al-Hikmah, Soka-Denpasar, yakni Darmuji. Ia menjelaskan Masjid Al-Hikmah yang unik itu semula dari mushala (surau) kecil yang dibangun oleh H Abdurrahman pada 1978 dengan tanah miliknya yang diwakafkan untuk masyarakat dan selesai dibangun pada 10 November 1978.
"Tahun 1990, ada kontraktor asal Tulungagung yang juga tokoh masyarakat Soka, namanya Pak Sunarso. Beliaulah yang akhirnya melakukan rehabilitasi total pada mushala itu hingga menjadi masjid berarsitektur Bali pada 1994-1995 dengan biaya sendiri," ucapnya.
Mengutip pernyataan Sunarso yang sudah sepuh, Darmuji menegaskan bahwa rehabilitasi masjid menjadi bangunan berarsitektur Bali itu merupakan simbol kecintaan Sunarso pada seni budaya Bali.
"Karena kecintaan pada seni budaya Bali itulah, maka beliau ingin melestarikan, jadi motivasi beliau memang semata-mata karena cinta pada seni dan juga cinta pada Bali, sehingga terwujudlah arsitektur unik di masjid ini," tuturnya.
Selain itu, apa yang dilakukan Sunarso itu juga menunjukkan hubungan harmonis antara Islam dan Hindu di Bali, sehingga arsitektur bangunan masjid yang memadukan ukiran dan gaya khas Bali itu menjadi sebuah bentuk akulturasi budaya dan juga wujud kerukunan antara Umat Hindu dan Islam di Pulau Dewata.
"Karena itu, rehabilitasi itu juga melibatkan warga Muslim di kawasan Desa Kesiman dan seniman Hindu Bali hingga bangunannya bisa megah seperti saat ini. Bahan baku seperti kayu ukir didatangkan langsung dari Jepara, namun pengerjaan ukirannya dilakukan oleh seniman Bali di sini," urainya.
Ya, Muslim di Bali memang hanya 2 persen dari 4 juta penduduk yang ada di Pulau Dewa, namun keunikan Masjid Al-Hikmah, Soka, Kertalangu, Denpasar Timur, yang berarsitektur (Hindu) Bali itu, agaknya membuktikan bahwa tempat ibadah itu bukan hanya sarana ritual keagamaan, namun juga memiliki fungsi sosial untuk menebarkan kasih sayang atau toleransi.
Bahkan, keindahan hubungan antara Muslim dengan Hindu di Pulau Dewata itu sesungguhnya lebih dari sekadar toleransi secara fisik, karena ada sejumlah masjid di Kota Denpasar yang dibangun umat Islam dengan tanah wakaf dari pemberian pihak Puri Pemecutan, yang menandai bahwa toleransi yang ada bukan sebatas simbolik.
Berita Terkait
Pemkab Jayapura tingkatkan sinergi sanggar seni menjaga budaya OAP
Senin, 16 September 2024 16:38
Disbudpar Jayapura dorong peningkatan budaya di sanggar tari
Senin, 26 Agustus 2024 18:33
Pemkab Jayapura: Pengelola sanggar seni benteng terakhir menjaga budaya
Senin, 26 Agustus 2024 12:45
Pemprov Papua harap Festival Danau Sentani tampilkan hal baru & unik
Senin, 24 Juni 2024 12:31
Disdik Jayapura harap seni budaya dapat melestarikan minat siswa
Senin, 29 April 2024 17:44
Festival Budaya Biak 2024 lestarikan seni budaya suku Biak
Minggu, 28 April 2024 18:59
Lomba tari Yospan tanamkan kecintaan seni budaya Biak
Jumat, 8 Desember 2023 17:13
Pemprov Papua terus berupaya perkenalkan produk pelaku UMKM
Rabu, 8 November 2023 15:27