Palembang (ANTARA) - Polda Sumatera Selatan menegaskan kejadian meninggal-nya seorang dokter di Kota Palembang bukan karena vaksin Sinovac meski terdapat rekam vaksinasi sehari sebelumnya.
Kabid Humas Polda Sumsel Kombes Pol Supriadi, Senin, mengatakan dokter bernama Jamhari Farzal (49) tersebut meninggal karena serangan jantung berdasarkan hasil visum luar Biddokes RS Bhayangkara Palembang.
"Kami tidak melakukan visum pemeriksaan dalam karena tidak ada tanda-tanda kekerasan dan keluarga korban juga tidak menginginkan adanya otopsi," ujarnya di Palembang.
Sebelumnya dr Jamhari ditemukan meninggal dunia di dalam mobilnya yang terparkir di Alfamart Sultan Muhammad Mansyur Kecamatan Ilir Barat I Kota Palembang pada Jumat (22/1) pukul 21.00 WIB.
Ia menjelaskan dari rekaman kamera pengawas dr Jamhari diketahui menepi di Alfamart pada Jumat pukul 08.05 WIB, korban tidak keluar-keluar dari mobilnya sampai ditemukan meninggal pukul 21.00 WIB.
Saat ditemukan pertama kali posisi korban tertelungkup ke arah kiri dengan tangan kanan memegang dada kiri, di dekat korban terdapat 1 kaplet obat Nitrokaf Retard berisi 10 kapsul, namun satu kapsul sudah hilang.
Setelah berkonsultasi dengan tim ahli, Nitrokaf Retard diketahui sebagai obat untuk penderita jantung dan petugas menduga satu kapsul yang hilang sudah dimakan korban sebelum meninggal dunia.
Polisi juga mendapatkan keterangan jika tiga bulan lalu korban pernah berobat ke salah satu dokter jantung di Sumsel karena merasa nyeri di dada kiri, sehingga dugaan serangan jantung semakin kuat.
Selain itu dalam proses visum petugas menemukan bintik pendarahan pada bola mata kiri-kanan korban, serta bagian dada, perut dan bagian tubuh yang tidak tertutup kain akibat kekurangan oksigen.
"Perkiraan-nya korban meninggal antara pukul 13.00 sampai 15.00 WIB," ucap Kombes Pol Supriadi menambahkan.
Ia juga menegaskan telah berkoordinasi dengan Komnas Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (KIPI) terkait diagnosa efek vaksin terhadap korban.
KIPI menyatakan kejadian syok anafilaktif pasca-vaksin hanya 1 sampai 2 jam, sedangkan saat korban meninggal rentang waktunya sudah lebih dari 24 jam dari penyuntikan vaksin pada Kamis (21/1) pukul 10.06 WIB.
"Maka korban meninggal bukan karena vaksin, korban ada rekam penyakit jantung," tutur-nya.
Sementara adik kandung korban, Fauzi, menyatakan kakaknya tersebut memang mengeluhkan nyeri dada sejak tiga bulan terakhir, sehingga keluarga menolak korban diotopsi. "Kami juga sudah ikhlas," ujar Fauzi lirih.
Berita Terkait
Ketua MRP: Masyarakat Papua butuh dukungan Polri
Selasa, 2 Juli 2024 2:48
Tokoh masyarakat harap Polda Papua lindungi masyarakat
Senin, 1 Juli 2024 12:40
Bhayangkara Jayapura buka cakrawala warga buta aksara
Rabu, 26 Juni 2024 18:21
Kapolda Papua meresmikan RS Bhayangkara "Dira Cartenz" di Timika
Sabtu, 2 Maret 2024 14:51
Mensos Rismaharini pantau pelaksanaan operasi katarak di RS Bhayangkara Jayapura
Kamis, 14 Desember 2023 14:13
Anggota Brimob korban kontak tembak KKB dievakuasi ke RS Bhayangkara
Rabu, 2 Agustus 2023 19:27
Kapolda Papua Irjen Fakhiri: tidak ada kejadian menonjol di tanggal 1 Juli
Sabtu, 1 Juli 2023 18:23
Polres Biak pastikan anggota Polri menjaga netralitas pemilu
Sabtu, 1 Juli 2023 9:52