Layanan kurban berbasis digital penting diadaptasi di masa pandemi COVID-19
Jakarta (ANTARA) - Ketua Yayasan Pengurus Dompet Dhuafa, Nasyith Majidi, mengatakan pentingnya menyediakan layanan berbasis digital untuk memenuhi pola perilaku pasar yang berubah dari ranah luring (offline) ke ruang daring (online) di masa pandemi COVID-19, yang membatasi ruang gerak fisik masyarakat.
"Dalam situasi pandemi yang belum selesai kapan ujungnya ini, kami kemudian fokus ke digitalisasi. Sebelumnya, kami hanya antisipasi tren kedepan bahwa semuanya akan melalui sosial media dan digital. Kami tidak menyangka ketika pandemi banyak masyarakat yang lebih memilih kesluruhan transaksi secara digital," kata Nasyith dalam bincang daring, Selasa.
Lebih lanjut, ia mengatakan, terjadi tren yang menarik terkait aktivitas kurban di ruang digital Dompet Dhuafa. Nasyith memaparkan, sepanjang 2019-2020 tercatat peningkatan partisipasi masyarakat untuk berkurban melalui layanan digital Dompet Dhuafa sebesar 50,66 persen.
"Saya menduga ini adalah efek pandemi yang di tahun 2020 mungkin belum dirasakan sedalam di tahun keduanya. Untuk 2021, saya belum bisa prediksi untuk terlalu optimis, karena kemampuan ekonomi (masyarakat) berkurang, dan ekonomi makro kita terdampak luar biasa," ujar Nasyith.
Di sisi lain, CEO Rumah Zakat, H. Nur Efendi, mengatakan selain pendekatan digital, pelaku bisnis ini juga bisa mengolah daging kurban menjadi produk lain yang dapat diberikan.
Nur Efendi mengatakan, Rumah Zakat memiliki sejumlah produk olahan favorit seperti Superqurban yang merupakan kornet dan rendang kemasan olahan daging kurban yang didistribusikan ke seluruh Indonesia.
"Daging kurban hanya memiliki daya tahan 3 hari, ini menjadi potensi luar biasa. Maka kemudian kita merilis produk Superqurban, program optimalisasi kurban dengan mengelola dan mengemas daging kurban menjadi cadangan pangan dan protein hewani dalam bentuk kornet dan rendang," kata Nur Efendi.
"Distribusinya pun bisa sepanjang tahun, menjangkau pelosok, bisa masuk daerah rawan pangan bahkan bagi pengungsi di daerah bencana," imbuhnya.
Rumah Zakat juga menggunakan strategi digital network, people network, dan physical network untuk optimalisasi programnya, salah satu upayanya adalah dengan berkolaborasi dengan LSM, stakeholder, Majlis Ta’lim, dan komunitas lainnya untuk menjaga ketahanan pangan.
Sejalan dengan pernyataan Nur Efendi, Direktur Eksekutif Wakaf Salman ITB, Khirzan Noe’man, menyatakan pihaknya menggunakan Omni Channel untuk memasarkan layanan Wakaf Salman.
"Kami juga gunakan omni channel website, kelihatannya memang besar sekali untuk yang kurban. Transaksi terus berjalan termasuk layanan yang menjadi fokus kami yaitu wakaf. Kami melihat pangsa pasar dan adanya segmentasi, oleh karenanya kami menyediakan layanan kurban sekaligus berwakaf," kata Khirzan.
"Dalam situasi pandemi yang belum selesai kapan ujungnya ini, kami kemudian fokus ke digitalisasi. Sebelumnya, kami hanya antisipasi tren kedepan bahwa semuanya akan melalui sosial media dan digital. Kami tidak menyangka ketika pandemi banyak masyarakat yang lebih memilih kesluruhan transaksi secara digital," kata Nasyith dalam bincang daring, Selasa.
Lebih lanjut, ia mengatakan, terjadi tren yang menarik terkait aktivitas kurban di ruang digital Dompet Dhuafa. Nasyith memaparkan, sepanjang 2019-2020 tercatat peningkatan partisipasi masyarakat untuk berkurban melalui layanan digital Dompet Dhuafa sebesar 50,66 persen.
"Saya menduga ini adalah efek pandemi yang di tahun 2020 mungkin belum dirasakan sedalam di tahun keduanya. Untuk 2021, saya belum bisa prediksi untuk terlalu optimis, karena kemampuan ekonomi (masyarakat) berkurang, dan ekonomi makro kita terdampak luar biasa," ujar Nasyith.
Di sisi lain, CEO Rumah Zakat, H. Nur Efendi, mengatakan selain pendekatan digital, pelaku bisnis ini juga bisa mengolah daging kurban menjadi produk lain yang dapat diberikan.
Nur Efendi mengatakan, Rumah Zakat memiliki sejumlah produk olahan favorit seperti Superqurban yang merupakan kornet dan rendang kemasan olahan daging kurban yang didistribusikan ke seluruh Indonesia.
"Daging kurban hanya memiliki daya tahan 3 hari, ini menjadi potensi luar biasa. Maka kemudian kita merilis produk Superqurban, program optimalisasi kurban dengan mengelola dan mengemas daging kurban menjadi cadangan pangan dan protein hewani dalam bentuk kornet dan rendang," kata Nur Efendi.
"Distribusinya pun bisa sepanjang tahun, menjangkau pelosok, bisa masuk daerah rawan pangan bahkan bagi pengungsi di daerah bencana," imbuhnya.
Rumah Zakat juga menggunakan strategi digital network, people network, dan physical network untuk optimalisasi programnya, salah satu upayanya adalah dengan berkolaborasi dengan LSM, stakeholder, Majlis Ta’lim, dan komunitas lainnya untuk menjaga ketahanan pangan.
Sejalan dengan pernyataan Nur Efendi, Direktur Eksekutif Wakaf Salman ITB, Khirzan Noe’man, menyatakan pihaknya menggunakan Omni Channel untuk memasarkan layanan Wakaf Salman.
"Kami juga gunakan omni channel website, kelihatannya memang besar sekali untuk yang kurban. Transaksi terus berjalan termasuk layanan yang menjadi fokus kami yaitu wakaf. Kami melihat pangsa pasar dan adanya segmentasi, oleh karenanya kami menyediakan layanan kurban sekaligus berwakaf," kata Khirzan.