Jakarta (ANTARA) - Di kala pandemi COVID-19, masyarakat cenderung memiliki lebih banyak waktu dan kesempatan untuk berada di rumah.
Hal itu mendorong sebagian masyarakat lebih mudah untuk menjalankan hobi dan segala hal baru dalam bereksplorasi. Termasuk salah satunya memasak dan membuat sajian makanan, baik untuk kebutuhan sendiri maupun orang tersayang hingga untuk sekadar tampil di sosial media.
Sebuah studi dari Nielsen mengungkapkan perubahan gaya hidup dan belanja Fast Moving Consumer Goods atau FMCG selama pandemi, dimana 49 persen responden lebih sering memasak dibanding sebelum wabah terjadi.
Survei ini telah dilaksanakan di sejumlah negara di Asia termasuk Indonesia dalam kurun periode 6-17 Maret 2021.
Fakta ini menjadi salah satu bukti bahwa memasak telah menjadi salah satu hobi yang paling banyak dilakukan dan ditekuni selama masa pandemi ini.
Bahkan banyak di antaranya menyalurkan hobi memasak untuk mendulang peluang bisnis yang menjanjikan.
Aktris Jessica Iskandar misalnya mengatakan di tengah kondisi pandemi saat ini, membuatnya banyak menghabiskan waktu bersama keluarga dan menyalurkan hobi memasaknya.
Pandemi mengajarkan perempuan berusia 33 tahun itu untuk bisa mengelola kehidupan lebih baik salah satunya dengan meluangkan waktu lebih banyak bersama dengan keluarga dan memasak bersama.
Ia mengaku harus pintar mengisi waktu dengan kegiatan-kegiatan positif, dimana memilih kegiatan memasak di rumah menjadi salah satu hal yang menyenangkan.
Aktris yang kerap disapa Jedar ini salah satunya gemar memasak puding yang dikreasikan dalam berbagai menu kreatif sebab puding merupakan jenis kuliner yang paling mudah untuk dibuat.
Puding Difavoritkan
Sebagaimana aktris Jessica Iskandar, banyak masyarakat lainnya di tanah air juga menjadikan puding sebagai salah satu jenis masakan favorit untuk diolah dan disajikan di meja makan saat pandemi.
Selain mudah dibuat, berkreasi dengan puding juga relatif banyak yang bisa dilakukan dan tak kalang penting, rasanya disukai semua orang.
Peluang itu jugalah yang melatarbelakangi produsen Mom’s Recipe Silky Pudding yakni Forisa Nusapersada untuk menggarap segmen pasar yang potensial di tengah pandemi.
Berbagai terobosanpun ditawarkan di antaranya dengan memperkenalkan dua varian rasa terbaru dari Silky Pudding, yakni rasa peach dan biscuit, belum lama ini.
Kedua rasa ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dan melengkapi varian rasa yang sudah lama dikenal dan digemari masyarakat selama ini yakni Chocolate, Avocado, Taro, dan Bubble Gum.
Sebelumnya kampanye #silkysetiaphari juga dilakukan untuk mendorong dan mengedukasi masyarakat agar terus berkreasi menghasilkan alternatif makanan sehat untuk keluarga sebagaimana disampaikan Brand Manager Mom’s Recipe Silky Pudding, Ryrin Paramita.
Bisnis Menjanjikan
Kampanye #silkysetiaphari yang dilakukan Mom’s Recipe Silky Pudding sedikit banyaknya mengedukasi masyarakat untuk mulai mengenal puding yang kekinian. Terlebih banyak yang mulai merambah melalui sosial media.
Tak heran jika banyak yang kemudian menggarapnya sebagai peluang bisnis yang menjanjikan.
Faktanya memang sudah banyak pebisnis rumahan yang sukses setelah telaten menekuni hobi memasak puding dari dapur rumahnya.
Salah satunya brand Puyo Silky Dessert yang begitu viral hasil kreasi kakak beradik Adrian Christopher Agus dan Eugenie Patricia Agus. Dengan hanya bermodalkan dana tak lebih dari Rp5 juta, usaha mereka kini beromzet miliaran dengan gerai tersebar di mal-mal dan amat diminati masyarakat.
Jejak mereka pun kini diikuti oleh begitu banyak para pelaku usaha mikro dan kecil yang mencoba peruntungan untuk bangkit di masa pandemi COVID-19.
Apalagi dukungan dari Kementerian Koperasi dan UKM cukup mumpuni untuk mendongkrak laju bisnis para pelaku UMKM di level akar rumput.
Deputi Bidang UKM Kementerian Koperasi dan UKM Hanung Harimba Rachman mendorong para pelaku usaha mikro dan kecil untuk kreatif dan inovatif untuk menggarap sekecil apapun peluang bisnis.
Aneka program pelatihan dengan beberapa materi, kurikulum, bahan ajar, telah disiapkan untuk memenuhi kebutuhan para pelaku UMKM.
Hanung berharap dengan pelatihan yang diberikan pelaku UKM bisa mendapatkan peluang memperdalam pengetahuan dan keterampilan serta memotivasi diri untuk tetap survive dan naik kelas.
Bahkan dari sisi pembiayaan pun telah disediakan beragam skema mulai dari Kredit Usaha Rakyat (KUR) hingga dana bergulir melalui LPDB KUMKM.
Tak hanya itu, Hanung pun merujuk betapa pentingnya akses pemasaran bagi kinerja UKM. Sebab, UKM masa depan harus bisa merespons pasar, dengan memiliki kecakapan di bidang teknologi, mempunyai “value creation”, menjadi usaha yang market driven, mengenal pasar, dan perubahan-perubahan serta inovatif. Tujuannya, agar produk yang diciptakan bisa menjawab kebutuhan pasar.
Salah satu yang terpenting di dalamnya adalah soal kemasan, sebab kerap kali pelaku UMKM justru abai dengan soal penampilan akhir produk yang justru sangat menentukan di mata konsumen. Hanung pun sepakat akan hal itu sehingga mendorong pelaku UMKM untuk fokus pada hasil akhir produk dan kemasan juga amat penting. Dengan begitu produk yang mereka hasilkan pun akan diminati pasar.
Maka kemudian, dari sekadar hobi pun sebenarnya bisa menjadi peluang besar yang menguntungkan jika ditekuni dengan baik.
Bahkan mengembangkan bisnis dari bahan-bahan yang sederhana seperti puding, kemungkinan untuk menggerakkan ekonomi juga masih terbuka lebar. Intinya jangan takut untuk berkreasi dan mencoba hal baru.