"Banjir rob yang terjadi pada Sabtu-Senin (4-6/12), dapat memicu genangan sehingga muncul jentik nyamuk yang membawa berbagai penyakit terutama DBD," kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Mataram dr H Usman Hadi di Mataram, Jumat.
Karena itu selain melakukan pengasapan di tenda evakuasi nelayan, Dinkes melakukan hal serupa a pada sejumlah kelurahan yang terdampak genangan baik akibat meluapnya air sungai maupun saluran.
Melalui upaya itu, sejauh ini pihaknya belum menerima laporan tambahan kasus DBD baik dari 37 kepala keluarga (KK) nelayan yang dievakuasi maupun warga 1.021 KK warga terdampak genangan di sejumlah kelurahan.
"Kemarin memang ada laporan dua kasus positif DBD, tapi mereka baru datang mondok (pondok pesantren-red) di luar Kota Mataram. Jadi diprediksi terkena di sana bukan di Mataram," katanya.
Lebih jauh Usman mengingatkan, upaya pengasapan DBD hanya mampu membunuh nyamuk dewasa, tidak jentiknya. Karena itu, setelah terjadi banjir rob dan genangan warga sebaiknya melakukan pembersihan sisa-sisa genangan air yang berpotensi munculnya jentik nyamuk.
"Melalui pola hidup bersih dan sehat serta pemberantasan sarang nyamuk (PSN), kasus DBD dan potensi penyakit lainnya bisa kita tekan," katanya.
Data Dinkes Kota Mataram mencatat, jumlah kasus DBD di Kota Mataram pada bulan November masih stabil dibandingkan bulan Oktober 2021, dengan jumlah temuan kasus DBD sama yakni 18 orang.
Sementara jika diakumulasikan kasus DBD dari Januari-November 2021 tercatat sebanyak 373 kasus dengan dua kasus kematian. Dari total kasus tersebut, jumlah temuan kasus tertinggi pada bulan April sebanyak 70 kasus, sedangkan terendah di bulan Agustus ditemukan hanya satu kasus positif DBD.
"Untuk bulan Desember ini masih kita proses," kata Usman.