Jayapura (ANTARA) - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Papua menyebutkan melalui Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) menjadi gerakan pembangunan pendidikan dan kebudayaan yang memajukan bangsa serta menjadi kebanggaan bersama pada masa lampau, masa kini dan masa mendatang melalui revitalisasi bahasa daerah.
Pelaksana Tugas (Plt.) Asisten Bidang Pemerintahan Sekretariat Daerah Provinsi Papua, Yohanes Walilo di Jayapura, Rabu, mengatakan, bahasa daerah dan sastra kini telah menjadi bagian penting dalam era Otonomi Khusus Papua.
"Hal ini sebagai konsekuensi logis atas pengakuan hak-hak daerah termasuk pengakuan dan penghormatan terhadap bahasa daerah dan sastra," katanya.
Menurut Walilo, wilayah Papua memiliki bahasa, sastra, dan suku bangsa yang terbanyak jumlahnya, dari 718 bahasa daerah di seluruh Indonesia, terdapat 428 bahasa daerah hidup di Tanah Papua.
“Ini suatu kekayaan yang luar biasa karena 60 persen bahasa daerah ada di Tanah Papua," ujarnya.
Dia menjelaskan revitalisasi bahasa daerah yang sudah dilaksanakan oleh Balai Bahasa Provinsi Papua merupakan sebuah media strategis untuk menggelorakan kembali penggunaan bahasa daerah di kalangan penutur muda bahasa daerah.
"Semoga FTBI ini akan melahirkan tunas-tunas bahasa ibu yang bangga menggunakan bahasa daerahnya dan mempunyai sikap positif terhadap bahasa daerahnya," katanya.
Sementara itu, Kepala Balai Bahasa Provinsi Papua Sukardi Gau mengatakan, FTBI tingkat Papua diselenggarakan di Kota Jayapura dan diikuti oleh para siswa yang telah mengikuti pembelajaran dalam kegiatan revitalisasi bahasa daerah di sekolah atau di komunitas.
“Peserta yang dipilih adalah anak-anak SD usia 9-12 tahun dan SMP usia 12-16 yang telah mengikuti proses pembelajaran menulis cerita pendek dan membaca cerita pendek, berpidato, mendongeng, dan nyanyian rakyat,” katanya.