Jayapura (Antara Papua) - Tim Unit Percepatan Pembangunan Kesehatan Papua (UP2KP) yang melakukan survei di Kabupaten Yalimo, Provinsi Papua, menemukan indikasi pelayanan pasien rujukan yang tidak maksimal.
Fredy Hukubun, salah satu anggota tim survei pemanfaatan dana otonomi khusus bidang kesehatan sebesar 15 persen dan KPS di Kabupaten Yalimo di Jayapura, Senin, menjelaskan Dinas Kesehatan setempat belum memahami kerja sama antara Dinas kesehatan Provinsi Papua dengan empat maskapai penerbangan misionaris.
Keempat maskapai penerbangan itu yakni maskapai penerbangan Associated Mission Aviation (AMA), maskapai penerbangan Mission Aviation Fellowship (MAF), maskapai penerbangan Kajazi dan penerbangan advent.
Akibatnya, sejumlah pasien rujukan yang hendak dirujuk dari
Yalimo ke kota tidak terlaksana karena terkendala sarana transportasi udara.
"Puskesmas di Yalimo juga belum paham kerja sama itu sehingga mereka sulit merujuk pasien ke kota untuk mendapatkan pelayanan kesehatan lebih lanjut," ujarnya.
"Memang sudah disampaikan oleh Sekretaris Dinas Kesehatan Papua ke masing-masing Dinas Kesehatan kabupaten namun belum secara baik sehingga sebagian belum paham, salah satu diantaranya Dinas Kesehatan Yalimo," sambungnya.
Akibat ketidakpahaman itu maka setiap pasien yang hendak dirujuk ke kota, pembiayaannya dibebankan kepada Dinas Kesehatan Yalimo untuk menyewa pesawat.
"Dinas Kesehatan Yalimo pun tidak memanfaatkan dana otonomi khusus yang sudah dialokasikan untuk penerbangan itu," ujarnya.
Fredy berharap ke depan Dinas Kesehatan Papua terus membangun komunikasi baik dengan masing-masing Dinas Kesehatan kabupaten terkait kerja sama empat penerbangan itu.
Sehingga jika ada pasien yang sifatnya emergensi dan harus secepatnya dirujuk untuk mendapatkan pelayanan kesehatan lebih lanjut dapat direalisasi secepatnya.
"Selain itu, tidak juga mempersulit Dinas Kesehatan di setiap kabupaten di Papua dalam merujuk pasien ke kota," ujarnya.
Pada 26 Mei 2015 Dinas Kesehatan Provinsi Papua menggandeng empat maskapai penerbangan misionaris untuk memudahkan akses pelayanan rujukan dari daerah pedalaman Papua ke kota dan sebaliknya.
"Kerja sama dengan keempat maskapai penerbangan itu dilakukan karena selama ini masyarakat Papua yang berada dibalik gunung dan daerah kepulauan mereka berjuang sendiri untuk mendapatkan akses pelayanan kesehatan," kata Kepala Dinas Kesehatan Papua, drg Aloysius Giyai.
Gubernur Lukas Enembe dan wakilnya Klemen Tinal telah menganggarkan dana sebesar Rp3,5 miliar lebih untuk mengangkut pasien yang dirujuk ataupun pasien yang sudah meninggal dari pedalaman ke kota ataupun sebaliknya dari kota ke daerah pedalaman.
Kerja sama dilakukan dengan maskapai penerbangan Associated Mission Aviation (AMA), Mission Aviation Fellowship (MAF), maskapai penerbangan Kajazi dan maskapai penerbangan advent. (*)